Gubernur Murad Ismail Minta Anak Muda Belajar dari Martha Christina Tiahahu, Ternyata Ini Sosoknya

Gubernur Maluku, Murad Ismail meminta anak muda Maluku belajar dari Martha Christina Tijahahu. Terlebih bagi para perempuan di maluku.

Via Surya.co.id
Martha Christina Tijahahu 

Namun Martha Christina Tiahahu melarikan diri dan kembali mengangkat tombaknya serta bergerilya di hutan-hutan untuk melakukan perlawanan terhadap pasukan Belanda.

Karena perlawanan tersebut, pada Desember 1817 bersama 39 pejuang lainnya Martha Christina Tiahahu kembali ditangkap oleh Belanda dalam Operasi Pembersihan.

Mereka dibawa ke Jawa menggunakan kapal Eversten untuk dipaksa menjadi pekerja di perkebunan kopi.

Dalam perjalanan menuju Pulau Jawa tersebut, Martha Christina Tiahahu kembali melakukan pemberontakan dengan melakukan mogok makan dan menolak semua pemberian Belanda.

Akhirnya Martha Christina Tiahahu pun jatuh sakit. Meski sakit, namun Martha Christina Tiahahu tetap menolak pengobatan yang diberikan oleh Belanda.

Hingga akhirnya, pada 2 Januari 1818, tepat 2 hari sebelum ulangtahunnya yang ke-18, Martha Christina Tiahahu menghembuskan napas terakhir ketika kapal baru sampai di Tanjung Alang, daerah perairan antara Pulau Buru dan Pulau Manippa.

Jenazahnya kemudian dilarung di Laut Banda dengan pernghormatan militer.

Karena perjuangannya ini, Pemerintah Maluku sampai membangun dua buah monumen Martha Tiahahu sebagai penghormatan terhadap sosok pejuang muda yang satu ini.

Monumen tersebut dibangun di daerah Karang Panjang Ambon, menghadap ke Laut Banda dan di tempat kelahiran Martha Christina Tiahahu di Desa Abobu Nusalaut.

Nama Martha Christina Tiahahu kemudian diabadikan sebagai Pahlawan Nasional pada tanggal 20 Mei 1969 setelah diterbitkannya Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 012/TK/1969. (*)

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved