SBB Hari Ini

Ratusan Siswa di SBB Diduga Keracunan MBG, 10 Juru Masak Layani 3.222 Porsi Makanan

Fokus kini tertuju pada Dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Yayasan Al-Barqah Nahdliyin Waimital yang baru beroperasi sebulan.

Jenderal Loius
KASUS MBG - Tampak pasien diduga keracunan usai menyantap makanan bergizi gratis sementara dirawat di Puskesmas Kairatu, Kabupaten Seram Bagian Barat, Selasa (21/10/2025). 

Laporan Wartawan TribunAmbon.com, Jenderal Louis

AMBON, TRIBUNAMBON.COM - Tragedi dugaan keracunan massal yang menimpa ratusan siswa di Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) usai mengonsumsi Makanan Bergizi Gratis (MBG) pada 20 Oktober 2025, kian menunjukkan titik terang yang mencurigakan.

Fokus kini tertuju pada Dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Yayasan Al-Barqah Nahdliyin Waimital yang baru beroperasi sebulan.

Namun dapur milik Eko, seorang mantan Anggota DPRD SBB ini nekat melayani lonjakan produksi hingga ribuan porsi dengan jumlah juru masak yang terbatas.

Fasilitas ini bertanggung jawab menyediakan makanan bagi 18 sekolah di Kecamatan Kairatu, mulai dari jenjang TK Negeri Waimital hingga MA Negeri SBB.

Awalnya, dapur tersebut melayani sekitar 2.724 porsi per hari.

Namun, pada 20 Oktober 2025, total produksi melonjak tajam hingga mencapai 3.222 porsi.

Ironisnya, untuk melayani ribuan porsi makanan yang didistribusikan ke belasan sekolah tersebut, dapur SPPG hanya mengandalkan 10 orang juru masak. 

Kenaikan volume produksi hingga 500 porsi lebih dalam waktu singkat ini diduga kuat menjadi pemicu utama kelalaian, penurunan standar kebersihan, atau penurunan kualitas bahan baku dalam proses pengolahan makanan.

Dapur ini sendiri memiliki total 50 petugas, termasuk Rosalinda Laturake (Kepala SPPI), Arma Ningsi Banawi (Ahli Gizi), Sulis Sampulawa (Akuntan), Rudi Hartono (Admin), dan Wahyudi (Aslap) .

Serta dilengkapi 9 petugas persiapan, 8 petugas pemorsian, 14 petugas ompreng, dan 2 driver penyaluran MBG. 

Namun, besarnya tim pendukung tidak sebanding dengan beban kerja 10 juru masak yang harus mengolah lebih dari 3.000 porsi makanan dalam satu hari.

Sayangnya, upaya untuk mendapatkan konfirmasi dari pihak penanggungjawab dapur SPPG terkendala. 

Penanggungjawab SPPG tidak dapat ditemui di lokasi, dan upaya menghubungi pemilik dapur, Eko, yang merupakan mantan anggota dewan, juga tidak membuahkan hasil. 

Ketiadaan pihak yang bertanggung jawab di lokasi semakin memperkuat dugaan adanya masalah serius dalam manajemen dan pengawasan mutu makanan.

Baca juga: HUT ke-64, Pemprov Apresiasi Kinerja Pelayanan Publik Bank Maluku Malut 

Baca juga: Harga Cabai di Pasar Rakyat Bula Anjlok, Cabai Keriting Dibandrol Rp 25 ribu per Kilo

Sumber: Tribun Ambon
Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved