Harga Pangan
Lahan Terbatas Sebabkan Produksi Embal Menurun, Berujung Harga Naik
Kepala Dinas Pertanian Maluku Tenggara, Felix Bobonu Tetthol menyatakan terbatasnya lahan salah satu faktor pemicu lonjakan harga embal.
Penulis: Megarivera Renyaan | Editor: Tanita Pattiasina
Laporan Wartawan TribunAmbon.com, Megarivera Renyaan
LANGGUR, TRIBUNAMBON.COM - Kepala Dinas Pertanian Maluku Tenggara (Malra) Felix Bobonu Tetthol menyatakan terbatasnya lahan salah satu faktor pemicu lonjakan harga embal.
Pasalnya, terbatasnya lahan membuat produksi juga ikut menurun, sehingga harga embal ikut naik.
Hal tersebut disampaikan tetthol menyusul keluhan masyarakat terkait lonjakan harga embal terjadi di awal tahun 2024.
Yakni per satu buah embal mentah utuh dibandrol Rp. 250 ribu rupiah.
Tetthol mengatakan karakteristik embal berbeda dengan pangan lainnya.
Dimana, pola penanamannya berpindah-pindah dan tanah bekas panen tak bisa digunakan lagi.
"Karakteristik embal tidak sama dengan tanaman lain, pola penanamannya harus berpindah-pindah, tanah bekas panen tidak bisa lagi digunakan," kata Tetthol, Kamis (18/1/2024).
Baca juga: Sambangi Malra Kepala BNNP Ajak Masyarakat Ciptakan SDM Unggul Bebas Narkoba
Baca juga: Puluhan Warga Holat Palang Kantor Cabang Dinas Pendidikan Menengah Malra
Tetthol menjelaskan, sepanjang jalan jika ada lahan tandus itu merupakan bekas lahan embal.
Bila dipaksakan ditanam pada lahan bekas panen embal, maka hasilnya tidak akan memuaskan.
"Kontur tanah kita ini tipis beda dengan wilayah SBB atau SBT, jika dipaksakan maka petani akan menerobos catchement area (Daerah tangkapan air) yang notabene sebagai penghasil sumber air permukaan," ujar Tetthol.
Lanjut dijelaskannya, Kabupaten Malra hanya mempunyai 3 sumber air permukaan tanah.
Salah satunya di Ohoi Evu yang menjadi sumber air bagi masyarakat Malra.
"Dahulu debit air di evu walaupun kemarau panjang tetap stabil, namun sekarang berbeda debit air turun karena menerobos catchement area tersebut," tuturnya.
Dikatakan, sentra penghasil embal di Malra terpusatkan di Ohoi Ngabub dan Lo'on namun mereka diberdayakan dengan anggaran yang dikucurkan langsung dari APBD Provinsi.
"Selama tiga tahun ini kita nihil anggaran untuk budidaya embal, anggaran kita hanya habis untuk himbauan tanpa bantuan dan kerja nyata dari pemerintah daerah," terangnya.
Imbasnya yang dirasakan masyarakat sekarang, embal menjadi komoditi pangan lokal eksklusif
Menurutnya, jika sudah tidak didukung oleh alam, mestinya ada keberpihakan anggaran.
"Lebih Parah lagi di tahun 2024 bidang bidang di Dinas Pertanian Malra tidak dibekali anggaran atau tidak ada anggaran sama sekali, maka situasi ini akan lebih akrab bagi kita," tandasnya.
Polisi di Ambon Berhasil Evakuasi Sejumlah Perempuan Diduga Open BO di Penginapan |
![]() |
---|
Belasan Siswa SD di Ambon Keracunan Makanan, Diduga Usai Konsumsi Menu MBG |
![]() |
---|
Polres Buru Salurkan Bantuan Beras, Al-Qur'an dan Kalam ke 11 TPQ di Namlea |
![]() |
---|
4 Bulan Berlalu, Polisi Masih Tunggu Hasil Audit BPK Soal Kasus Dugaan Korupsi Jalan Danar-Tetoat |
![]() |
---|
Keributan di Penginapan Ambon, Diduga Dipicu Open BO dan Mabuk |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.