SBT Hari Ini
Potensi Sagu di SBT Belum Tergarap Optimal, MASSI Minta Pemerintah Bergerak Cepat
Padahal, daerah tersebut memiliki lahan sagu yang sangat luas dan berpeluang besar menjadi lumbung pangan di kawasan timur Indonesia.
Penulis: Haliyudin Ulima | Editor: Mesya Marasabessy
Laporan Wartawan TribunAmbon.com, Haliyudin Ulima
BULA, TRIBUNAMBON.COM – Ketua Masyarakat Sagu Indonesia (MASSI), Prof. Muhammad Hasyim Bintoro, menilai potensi sagu di Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT) belum tergarap secara maksimal.
Padahal, daerah tersebut memiliki lahan sagu yang sangat luas dan berpeluang besar menjadi lumbung pangan di kawasan timur Indonesia.
Hal itu disampaikan Prof. Bintoro usai memberikan materi dalam forum grup diskusi (FGD) di Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) SBT, Rabu (5/11/2025).
Menurutnya, luas dan suburnya lahan sagu di SBT menjadikan daerah ini sebagai salah satu wilayah dengan cadangan pangan terbesar di Maluku. Namun, potensi tersebut belum dikelola secara terpadu dan berkelanjutan.
“Kalau ini bisa dimanfaatkan secara maksimal, apalagi program strategis nasional (PSN)-nya sudah diproses mungkin 80–90 persen, saya kira bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sini,” ujarnya.
Baca juga: Handphone Hilang di Fasilitas Cas, Penumpang KM Labobar Keluhkan Lemahnya Keamanan Kapal
Baca juga: Kasus Penyerobotan Lahan: Bupati Instruksikan Pemda Buru Ambil Langkah Tegas terhadap PT. Safi
Ia mengakui, pengembangan sagu tidak hanya untuk mendukung ketahanan pangan, tetapi juga bisa menjadi sumber energi dan bahan pakan ternak jika dikelola secara modern.
“Bisa mandiri pangan, bisa juga mandiri listrik dan ternak kalau dikembangkan secara terpadu,” tambahnya.
Lebih lanjut, dirinya mengungkapkan hasil pendataan sementara menunjukkan produktivitas sagu di SBT cukup tinggi, berkisar antara 100 hingga 600 kilogram per pohon.
“Kalau dari data yang masuk itu sangat bervariasi. Dari satu pohon ada yang 100 kilo sampai 600 kilo,” jelasnya.
Melihat kondisi tersebut, ia meminta pemerintah daerah bersama kementerian terkait segera bergerak cepat menata kebijakan pengelolaan sagu agar berfokus pada kawasan produktif.
“Kawasan kosong diisi dengan yang produksi tinggi, jangan yang rendah. Ternyata di sini banyak yang bisa sampai 400–600 kilo, jadi tidak perlu ambil dari Papua,” tegasnya.
Ia menegaskan, percepatan hilirisasi sagu harus menjadi prioritas agar nilai tambah dari hasil olahan dapat dirasakan langsung oleh masyarakat lokal.
Selain itu, dukungan lintas sektor mulai dari infrastruktur, perhubungan, hingga energi, perlu diperkuat agar pengembangan sagu berjalan efektif.
“Kalau semua sektor jalan bersama, sagu bisa jadi penggerak ekonomi rakyat dan contoh daerah mandiri pangan di Indonesia timur,” tandasnya.
Dirinya berharap, pemerintah pusat dan daerah dapat mengambil langkah konkret dalam waktu dekat agar potensi besar sagu di SBT tidak hanya menjadi data di atas kertas, tetapi benar-benar membawa kesejahteraan bagi masyarakat. (*)
| Dinas Pertanian SBT Siapkan Pemetaan Ulang Lahan Sagu, Dorong Pelestarian Lewat Perda Provinsi |
|
|---|
| Dinas Pertanian SBT Gelar FGD Bahas Hilirisasi Sagu: Utamakan Aspek Sosial, Budaya dan Keberlanjutan |
|
|---|
| Pelantikan 4 Pejabat Administrator dan Pengawas, Wabup SBT Ingatkan Integritas dan Loyalitas |
|
|---|
| Kapolres SBT Ajak Instansi Bersinergi Antisipasi Bencana di Seram Bagian Timur |
|
|---|
| Lubang di Jembatan Wailola Bula Ancam Pengendara: Malam Gelap Sekali |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.