SBT Hari Ini
Dinas Pertanian SBT Gelar FGD Bahas Hilirisasi Sagu: Utamakan Aspek Sosial, Budaya dan Keberlanjutan
Plt. Kabid Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian SBT, Idris Rumalean, mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan langkah awal
Penulis: Haliyudin Ulima | Editor: Fandi Wattimena
Laporan Wartawan TribunAmbon.com, Haliyudin Ulima
BULA, TRIBUNAMBON.COM – Dinas Pertanian Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT) bekerja sama dengan Masyarakat Sagu Indonesia (MASSI) menggelar Forum Group Discussion (FGD) membahas potensi produksi serta rencana hilirisasi sagu di wilayah tersebut, Rabu (5/11/2025).
Plt. Kabid Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian SBT, Idris Rumalean, mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan langkah awal untuk menyusun rencana Hilarisasi Sagu dalam Program Strategis Nasional (PSN).
“Kegiatan hari ini adalah diskusi awal untuk perencanaan PSN Pilarisasi Sagu ke depan,” ujarnya saat diwawancarai awak media.
Kata dia, forum diskusi itu tidak hanya menyoroti potensi produksi, tetapi juga aspek sosial dan budaya masyarakat lokal.
Pasalnya, sebagian besar lahan sagu di SBT berada di wilayah hak ulayat negeri, yang dikelola berdasarkan dusun dan marga.
“Kita tidak bisa langsung mengambil hasil di lokasi-lokasi itu. Harus ada sosialisasi dan pembinaan dulu kepada masyarakat, karena sagu ini tumbuh di lahan adat,” katanya.
Ia menegaskan, keberhasilan pengembangan sagu harus melibatkan masyarakat adat sejak tahap perencanaan, agar program ini berjalan dengan baik tanpa menimbulkan konflik sosial.
Baca juga: Kebaikan Dibalas Kejahatan: Ini Motif Kakek EL yang Tega Cabuli Bocah 6 Tahun di Tanimbar
Baca juga: Kasus Kekerasan Seksual Anak di Tanimbar, Kakek EL Terancam 20 Tahun Penjara
Selain itu, Idris juga menyoroti pentingnya pelaksanaan proyek hilirisasi sagu secara hati-hati dan berkelanjutan.
Menurutnya, pengembangan industri sagu harus memperhatikan keseimbangan antara produksi dan kelestarian alam.
“Kami tidak mau semena-mena dalam mengambil hasil di lapangan. Harus ada perencanaan, sosialisasi, dan pembinaan kepada masyarakat adat,” tegasnya.
Dijelaskannya, berdasarkan hasil uji bersama lembaga dan dinas teknis, satu hektar lahan sagu di SBT mampu menghasilkan sekitar 15 ton pati basah, dengan rata-rata 35 pohon produktif per hektar.
“Satu pohon sagu bisa menghasilkan antara 250 sampai 640 kilogram pati basah. Jadi potensinya besar jika dikelola dengan baik,” bebernya.
Namun ia menegaskan, kegiatan hilirisasi tidak boleh sekadar berorientasi pada produksi.
Pemerintah akan memastikan program tersebut memberi nilai tambah ekonomi bagi petani serta menjaga keberlanjutan sumber daya alam.
“Yang kami harapkan, pengembangan sagu ini bukan hanya untuk industri, tapi juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat adat yang menjadi pemilik lahan,” tutupnya.(*)

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.