Ambon Hari Ini
Tingkat Stunting di Desa Laha Masih Tinggi, Warga Minim Pengetahuan dan Partisipasi
dr. Yan, mengatakan ada dua faktor yang menjadi tantangan berat dalam menekan angka stunting di Desa Laha, yakni, kurangnya Pengetahuan dan Kesadaran.
Penulis: Jenderal Louis MR | Editor: Ode Alfin Risanto
Laporan Wartawan TribunAmbon.com, Jenderal Louis
AMBON, TRIBUNAMBON.COM - Angka stunting yang masih tinggi, dengan 59 kasus teridentifikasi di Desa Laha, disinyalir kuat akibat minimnya pengetahuan masyarakat dan rendahnya partisipasi kunjungan ke Posyandu.
Hal ini diungkapkan oleh Plt. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Maluku, dr. Yan Aslian Noor, saat menanggapi peluncuran program penanganan stunting oleh BPOM Ambon dan PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) Regional 4 Ambon di Puskesmas Tawiri.
Menurut dr. Yan, terdapat dua faktor utama yang menjadi tantangan berat dalam menekan angka stunting di Desa Laha.
Baca juga: Cabuli Anak Kandung, Oknum Satpol PP di SBB Divonis 20 Tahun Penjara
Baca juga: DPRD Maluku Tinjau Tumpahan Oli di Pantai Wailaa, Ambon
Pertama yakni, kurangnya Pengetahuan dan Kesadaran.
"Masyarakat masih minim pengetahuan dan kesadaran untuk menjaga kesehatan anak dan balita agar dapat tumbuh kembang secara normal," ungkapnya saat diwawancarai awak media, Senin (3/11/2025).
Kedua, ialah partisipasi masyarakat untuk mendatangi Posyandu masih tergolong kurang.
"Padahal, Posyandu merupakan pusat intervensi yang selalu menyediakan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk pemenuhan gizi anak," tambahnya.
Tingginya angka 59 anak stunting di Desa Laha kini menjadi fokus utama program kolaborasi intensif antara BPOM Ambon, Pelindo, dan Human Initiative yang akan berjalan selama enam bulan ke depan.
"Kita mengharapkan para kader yang dilibatkan ini akan mampu mengolah dan mengelola makanan bergizi kepada anak-anak stunting. Harapannya mereka akan terbebas dari stunting," ujar dr. Yan Aslian Noor.
Pelaksanaan program ini akan dikawal langsung oleh Puskesmas Tawiri, bekerja sama dengan BPOM, Pelindo, dan Human Initiative.
Tujuannya memastikan intervensi berupa edukasi dan pemberian makanan tambahan berjalan terukur dan tepat sasaran.
Yan melihat kolaborasi ini sebagai model solusi permanen dalam memberantas stunting.
"Solusi menekan angka stunting ini dapat dilakukan dengan mengkolaborasikan program PMT yang ada di seluruh Puskesmas di Provinsi Maluku apabila berkolaborasi dengan pihak swasta yang mempunyai CSR. Kita harapkan dapat memberantas stunting," pungkasnya.
Sinergi antara program PMT yang didanai pemerintah dengan dukungan dana tanggung jawab sosial (CSR) dari sektor swasta dinilai mampu memperluas cakupan intervensi.
Juga memastikan keberlanjutan gizi bagi anak-anak yang berisiko maupun yang sudah mengalami stunting.
Sebagai informasi, hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan Tahun 2024 prevalensi balita stunting di Provinsi Maluku mencapai 28,4 persen.
Hal tersebut mengalami kenaikan sebesar 2,3 persen dibandingkan pada Tahun 2022 yaitu mencapai 26,1 persen.
Angka ini menempatkan Provinsi Maluku berada pada urutan ke-6 dengan kasus stunting tertinggi di Indonesia.
| Buang Sampah Sembarangan Didenda Rp 1 Juta, Diberlakukan 2026 Mendatang |
|
|---|
| Polemik Pembangunan Laboratorium Forensik Polda Maluku di Passo, Warga Ngaku Beli Sejak 1993 |
|
|---|
| Amboina International Music Festival 2025 Meriah, Tapi Monumen Tulisan ACOM Dipenuhi Lumut |
|
|---|
| Tinjau Pembangunan Rumah di Desa Hunuth, Wali Kota Ambon Pastikan Pengerjaan Selesai Sebelum Natal |
|
|---|
| Sasi Adat Toko Dian Pertiwi Poka Dibuka, Wakapolresta Ambon Apresiasi Kedewasaan Warga |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.