Buka Giat Dispar, Pj Sekda Maluku Tenggara Singgung Dua Sektor Unggulan Harus Terus Dikembangkan
Dari segi pariwisata Malra merupakan kawasan transit untuk itu Indikatornya harus diperhatikan untuk pengembangan pariwisata di Malra
Penulis: Megarivera Renyaan | Editor: Tanita Pattiasina
Laporan Wartawan TribunAmbon.com, Megarivera Renyaan
LANGGUR, TRIBUNAMBON.COM – Penjabat (Pj) Sekertaris Daerah Kabupaten Maluku Tenggara (Malra) Nikodemus Ubro menyoroti dua sektor potensial yang di milik Malra sebagai penghasil pendapatan asli daerah (PAD) dilihat dari sisi geografis wilayah.
Pasalnya, Malra terletak di antara Papua, Aru, Tanimbar, Seram dan Pulau Ambon.
Ia mengatakan dari sisi tersebut, Malra seharusnya unggul di sektor Pariwisata dan Perikanan.
"Posisi Malra ini strategis sangat diunggulkan untuk dua sektor yakni pariwisata dan perikanan," ucapnya saat membuka giat pelatihan peningkatan inovasi dan higienis sajian kuliner, yang digagas Dispar Malra, bertempat di Hotel Syafira, Kamis (13/6/2024).
Baca juga: Apresiasi Ohoi Letvuan Masuk 50 Besar ADWI 2024, Dispar Malra: Harus Dikelola secara Profesional
Baca juga: Dispar Maluku Tenggara Latih 40 Pelaku Ekraf Tingkatkan Inovasi dan Higienis Sajian Kuliner
Menurutnya, dari segi pariwisata Malra merupakan kawasan transit untuk itu Indikatornya harus diperhatikan untuk pengembangan pariwisata di Malra antara lain kuliner, aksesibilitas, perhotelan dan tentunya Kamtibmas.
"Di Malra ini jujur saja sulit mendapatkan tempat kuliner yang representatif, contohnya mau makan gulai kambing saja susah padahal tidak semua tamu yang datang mau makan ikan," cetusnya.
Ini salah satu fokus Pariwisata yang harus dibenahi, dan bukan semata tugas Dispar saja tetapi merupakan tugas dan tanggung jawab semua pihak baik pemerintah, pihak swasta, masyarakat khususnya pelaku usaha pariwisata.
Dijelaskannya, baik dari sisi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) atau Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dua sektor ini yang diunggulkan.
"Pada tahun 2023 Malra ditetapkan sebagai kawasan modeling pengembangan rumput laut, konsep besar ini di Indonesia hanya ada tiga tempat rote ndao (NTT), Wakatobi (Sulawesi) dan di Kepulauan Kei (Malra), selain itu wilayah-wilayah ini notabene merupakan destinasi wisata," ucapnya.
Menurutnya, ini sudah mulai berprogres di Malra ada ohoi (desa) Letman, Dunwahan, Evu dan Letvuan yang merupakan kawasan sentra penghasil rumput laut terbaik di sana ada sekitar 50 hingga 100 hektar kawasan budidaya.
Baca juga: Pedagang Buah di Ohoijang - Maluku Tenggara Ngeluh Dagangan Tak Laris Hingga Membusuk
"Rumput laut jenis kultur jaringan juga sementara akan kita bangun di Letvuan, saya berharap Ini patut didukung karena berhubungan juga dengan pariwisata khususnya kuliner," cetusnya.
Dikatakan, Malra ini sangat strategis sebagai tempat untuk singgah atau daerah penyangga dilihat dari aspek letak geografis.
Misalnya, pengembangan pariwisata di Malra adalah dengan memanfaatkan letak geografis yang strategis sebagai daerah transit.
"Sudah saatnya kita keluar dari pemikiran konvensional dan mengemukakan prinsip untuk lebih memperbarui diri mengikuti perkembangan sesuai situasi terkini," pungkasnya.
| 8 Bulan Rusak, Warga Kecewa Jembatan Rumadian-Dian Tak Kunjung Diperbaiki Pemprov Maluku |
|
|---|
| Duh! Baru Dibangun Dua Tahun, Landmark Langgur Mulai Rusak |
|
|---|
| Evaluasi Pelayanan Publik, Wawali Sidak Dinas Sosial Maluku Tenggara |
|
|---|
| Harga Cabai di Pasar Langgur Masih Mahal, Capai Rp 100 Ribu per Kilo |
|
|---|
| 23 Saksi Dugaan Korupsi Dispora Diperiksa Kejari Maluku Tenggara |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.