Bentrok di Maluku

Ketua Sinode GPM Soroti Aktor Intelektual Pada Bentrok di Salahutu  dan Seram Utara

Pdt. Elifas Maspaitella, menyoroti keberadaan aktor intelektual yang diduga menjadi pemicu serangkaian konflik horisontal di Maluku saat Ini.

Sinode GPM
BENTROK WARGA - Ketua Majelis Pekerja Harian (MPH) Sinode Gereja Protestan Maluku (GPM), Pdt. Elifas Tomix Maspaitella, menyoroti keberadaan aktor intelektual yang diduga kuat menjadi pemicu serangkaian konflik horisontal yang kembali terjadi di Maluku dalam beberapa hari terakhir. Sumber: Sinode GPM 

Laporan Wartawan TribunAmbon.com, Jenderal Louis

AMBON, TRIBUNAMBON.COM - Ketua Majelis Pekerja Harian (MPH) Sinode Gereja Protestan Maluku (GPM), Pdt. Elifas Tomix Maspaitella, menyoroti keberadaan aktor intelektual yang diduga kuat menjadi pemicu serangkaian konflik horisontal yang kembali terjadi di Maluku dalam beberapa hari terakhir.

"Jika sudah jatuh korban, lalu siapa yang berani tampil untuk dihakimi sebagai yang bersalah? Selama ini tidak ada kan? Makanya selalu saja pekerjaan rumah yang tidak bisa diselesaikan berabad-abad adalah mencari aktor intelektual dari semua peristiwa konflik. Walau sebenarnya aktornya ada dan diketahui," ungkapnya.

Pernyataan ini disampaikan menyusul insiden bentrok warga di Tulehu-Tial dan penyerangan terbaru terhadap warga Masihulan dan Rumaholat oleh warga Sawai di Kecamatan Seram Utara, Kabupaten Maluku Tengah pada hari ini, Kamis (3/4/2025).

Ketika ditanya terkait siapa aktor intelektual yang dimaksud, Pdt. Maspaitella menyatakan bahwa itu hanya kesan umum.

Sedangkan berkaitan dengan konflik yang terjadi di Seram Utara, ia menegaskan tugas aparat untuk membongkar dugaan adanya aktor intelektual dibalik itu.

"Kalau konflik yg sedang terjadi di Seram Utara ya biar aparat yang cari aktornya," cetusnya saat dihubungi TribunAmbon.com, Kamis (3/4/2025).

Pdt. Maspaitella dengan tegas menyatakan bahwa seruan untuk mewujudkan perdamaian bukan sekadar nasihat kosong, melainkan cita-cita luhur seluruh umat manusia. 

 

Baca juga: Bentrok di Salahutu, Keberadaan Polsek Diharapkan Pindah ke Lokasi Lebih Strategis

Baca juga: Bripka Husni Abdullah, Panit Intelkam Polsek Wahai Gugur saat Amankan Bentrok Warga di Seram Utara

Baca juga: Bentrok Seram Utara, Bupati Maluku Tengah Langsung Sambangi TKP  Serukan Perdamaian 

Dalam konteks konflik yang berulang di Maluku, ia menekankan pentingnya menahan diri dari amarah dan dendam, serta menghindari tindakan main hakim sendiri yang justru memperkeruh suasana.

"Selama ini tidak ada kan? Makanya selalu saja pekerjaan rumah yang tidak bisa diselesaikan berabad-abad adalah mencari aktor intelektual dari semua peristiwa konflik. Walau sebenarnya aktornya ada dan diketahui," ungkap Pdt. Maspaitella, menyiratkan bahwa pihak-pihak yang menggerakkan konflik ini sebenarnya teridentifikasi namun belum tersentuh hukum.

Ia menyayangkan terjadinya kembali konflik di tengah upaya keras membangun perdamaian dan membuka diri untuk saling menerima.

Pdt. Maspaitella menekankan bahwa jika ada permasalahan, sebaiknya diselesaikan melalui dialog sebagai saudara, dan jika menyangkut kasus hukum, biarkan mekanisme hukum yang berjalan.

Pdt. Maspaitella menyoroti adanya indikasi bahwa masyarakat diadu domba dan dijadikan sasaran aksi penolakan terhadap keputusan hukum yang masih berproses. 

Ia mengingatkan agar masyarakat tidak saling melukai dan terus menjadi "objek aduan".

GPM mendesak negara untuk melindungi warganya dan menengahi semua konflik yang terjadi. Pdt. Maspaitella menyatakan bahwa titik api konflik antar-warga di Maluku Tengah sebenarnya sudah dapat diidentifikasi. 

Oleh karena itu, ia menyerukan kepada pemerintah daerah dan aparat kepolisian untuk mengambil keputusan bijaksana dengan membangun pos-pos pengamanan permanen di titik-titik rawan konflik. 

Langkah ini diharapkan dapat menjadi pintu masuk untuk proses edukasi perdamaian yang melibatkan berbagai pihak, termasuk lembaga keagamaan.

Pdt. Maspaitella mengakui bahwa perdamaian idealnya tumbuh dari kesadaran warga. 

Namun, ia juga menyoroti adanya penyebab laten konflik yang perlu diselesaikan oleh negara, seperti masalah batas tanah antar negeri.

Menurutnya, tidaklah elok jika masyarakat terus menjadi korban dan energi terkuras untuk mengatasi dampak konflik tanpa menyelesaikan akar permasalahannya.

"Kami, Gereja Protestan Maluku (GPM), tetap harus menyampaikan nasehat dan anjuran kepada semua warga di Maluku Tengah, mari wujudkan damai. Kita harus menjadi masyarakat yang cerdas untuk belajar keluar dari masa kelam, dan sembuhkan luka pahit masa lalu," tegasnya.

Pdt. Maspaitella mengingatkan kembali pesan perdamaian yang telah disampaikan pada Persidangan ke-45 MPL Sinode GPM di Rumaholat pada November 2024 lalu. 

Ia berharap agar negeri-negeri di pedalaman mendapat perhatian serius dari pemerintah agar dapat bergerak maju, dan konflik yang terus berulang hanya akan menghambat kemajuan serta merugikan persaudaraan dan generasi mendatang.

Pernyataan keras dari Ketua Sinode GPM ini diharapkan dapat menjadi perhatian serius bagi pemerintah dan aparat penegak hukum untuk tidak hanya menangani dampak konflik, tetapi juga mengungkap dan menindak tegas aktor intelektual yang disinyalir berada di balik terjadinya kekerasan di Maluku.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved