Maluku
Punya Enbal, Bappenas Sebut Seharusnya Maluku Tenggara Tak Perlu Impor Beras
Menurutnya, Malra sudah punya makanan pokok pangan lokal enbal atau singkong, yang hanya perlu mendapat perhatian serius dari Pemkab setempat.
Penulis: Megarivera Renyaan | Editor: Salama Picalouhata
Laporan Wartawan TribunAmbon.com, Megarivera Renyaan
LANGGUR, TRIBUNAMBON.COM - Direktur Regional III Deputi Bidang Pengembangan Regional Bappenas RI, Ika Retna Wulandary mengatakan Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara (Malra) seharusnya menaruh perhatian khusus pada pangan lokal enbal.
Bahkan menurutnya, Pemda tidak perlu mengimpor bahan pokok beras dari luar daerah.
Hal itu ia sampaikan saat memberikan materi dalam kegiatan Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) 2025-2045, di Aula Kantor Bupati Malra, Rabu (10/7/2024).
Menurutnya, Malra sudah punya makanan pokok pangan lokal enbal atau singkong, yang hanya perlu mendapat perhatian serius dari Pemkab setempat.
Baca juga: Datang ke Maluku Tenggara, Keisya Levronka Ngaku Ketagihan Pisang Enbal Khas Kepulauan Kei
"Malra ini wilayah kepulauan, sehingga seharusnya kita dapat mengembangkan apa yang sudah ada di sini. tidak perlu impor beras lagi. Yang sudah ada di sini bisa kita kreasikan, kita kemas sedemikian rupa,” katanya merujuk pada pangan lokal enbal.
Dirinya menambahkan, pangan lokal enbal juga punya manfaat yang lebih baik dari segi kesehatan, yakni berkaitan dengan masalah kesehatan obesitas atau berat badan lebih.
“Kedepan Indonesia diperhadapkan dengan permasalahan obesitas. Dengan demikian, kita perlu menjaga juga kesehatan kita, makanan kita. Singkong atau enbal ini sangat baik untuk menjaga kesehatan,” kata Wulandary.
Wulandary dan rombongan sudah berada di Maluku Tenggara selama empat hari, sejak Minggu, 7 Juli lalu.
Sejak tiba, ia hanya mengonsumsi enbal.
“Dari awal saya datang, saya makan enbal, Bapak Ibu. Enbal yang diolah dengan kelapa. Itu sangat nikmat, bagi saya. Apalagi kalau dengan ikan kua kuning, dan pakai sambal,” ujarnya.
Dari segi ketahanan pangan, Wulandary harap Pemkab Malra mendorong masing-masing rumah tangga untuk mengembangkan enbal. Sehingga ke depan, enbal bukan lagi sebagai makanan pengganti nasi, tetapi menjadi sumber karbohidrat utama.
Selain itu, Wulandary juga menjelaskan manfaat enbal dari sisi pariwisata. Menurut dia, enbal yang diolah dan dikemas sedemikian rupa dapat menjadi produk oleh-oleh khas daerah yang dapat menambah nilai jual pariwisata Maluku Tenggara.
Ia kemudian mencontohkan makanan khas Koreas Selatan yang terkenal, yaitu kimci atau kimchi, makanan tradisional Korea berupa asinan sayur hasil fermentasi yang diberi bumbu pedas.
"Makanan ini awalnya biasa saja, tetapi kemudian dikemas sedemikian rupa untuk kebutuhan pariwisata, hingga akhirnya terkenal di dunia," pungkasnya.
Buat Pelanggaran Berat, Polda Maluku Pecat Bripka Habel dan Briptu Sola Secara Tidak Hormat |
![]() |
---|
2 Garuda di Rumah Upu Latu Salhana Pelu: Raja Generasi XVIII Negeri Hitu di Pulau Ambon |
![]() |
---|
Warung Ayam Crispy di BTN Kota Tual, Sajikan Nasi Ayam Hanya Rp 10 Ribu |
![]() |
---|
ITB Menggalakkan Pelestarian Mangrove untuk Melindungi Pesisir pada Hari Mangrove Dunia |
![]() |
---|
Perjuangan Perempuan Dusun Pohon Batu: Jaga Warisan, Selamatkan Alam |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.