Harga Pangan

Lahan Terbatas Sebabkan Produksi Embal Menurun, Berujung Harga Naik

Kepala Dinas Pertanian Maluku Tenggara, Felix Bobonu Tetthol menyatakan terbatasnya lahan salah satu faktor pemicu lonjakan harga embal. 

|
TribunAmbon.com/ Megarivera Renyaan
Embal mentah di Kabupaten Maluku Tenggara meroket sentuh Rp 250 ribu, Kamis (11/1/2024) 

Laporan Wartawan TribunAmbon.com, Megarivera Renyaan

LANGGUR, TRIBUNAMBON.COM - Kepala Dinas Pertanian Maluku Tenggara (Malra) Felix Bobonu Tetthol menyatakan terbatasnya lahan salah satu faktor pemicu lonjakan harga embal. 

Pasalnya, terbatasnya lahan membuat produksi juga ikut menurun, sehingga harga embal ikut naik.

Hal tersebut disampaikan tetthol menyusul keluhan masyarakat terkait lonjakan harga embal terjadi di awal tahun 2024.

Yakni per satu buah embal mentah utuh dibandrol Rp. 250 ribu rupiah. 

Tetthol mengatakan karakteristik embal berbeda dengan pangan lainnya.

Dimana, pola penanamannya berpindah-pindah dan tanah bekas panen tak bisa digunakan lagi.

"Karakteristik embal tidak sama dengan tanaman lain, pola penanamannya harus berpindah-pindah, tanah bekas panen tidak bisa lagi digunakan," kata Tetthol, Kamis (18/1/2024). 

Baca juga: Sambangi Malra Kepala BNNP Ajak Masyarakat Ciptakan SDM Unggul Bebas Narkoba

Baca juga: Puluhan Warga Holat Palang Kantor Cabang Dinas Pendidikan Menengah Malra

Tetthol menjelaskan, sepanjang jalan jika ada lahan tandus itu merupakan bekas lahan embal.

Bila dipaksakan ditanam pada lahan bekas panen embal, maka hasilnya tidak akan memuaskan. 

"Kontur tanah kita ini tipis beda dengan wilayah SBB atau SBT, jika dipaksakan maka petani akan menerobos catchement area (Daerah tangkapan air) yang notabene sebagai penghasil sumber air permukaan," ujar Tetthol. 

Lanjut dijelaskannya, Kabupaten Malra hanya mempunyai 3 sumber air permukaan tanah.

Salah satunya di Ohoi Evu yang menjadi sumber air bagi masyarakat Malra. 

"Dahulu debit air di evu walaupun kemarau panjang tetap stabil, namun sekarang berbeda debit air turun karena menerobos catchement area  tersebut," tuturnya. 

Dikatakan, sentra penghasil embal di Malra terpusatkan di Ohoi Ngabub dan Lo'on namun mereka diberdayakan dengan anggaran yang dikucurkan langsung dari APBD Provinsi. 

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved