Ortu Ngamuk di Sekolah
KLARIFIKASI SD Xaverius Ambon Terkait Ortu Aniaya Guru di Sekolah
Yayasan Pendidikan Katolik Keuskupan Amboina yang menaungi SD Xaverius 1A buka suara terkait video viral oknum Ibu Bhayangkari ngamuk di Sekolah.
Penulis: Tanita Pattiasina | Editor: Salama Picalouhata
Laporan Wartawan TribunAmbon.com, Tanita Pattiasina
AMBON, TRIBUNAMBON.COM – Yayasan Pendidikan Katolik Keuskupan Amboina yang menaungi SD Xaverius 1A buka suara terkait video viral oknum Ibu Bhayangkari ngamuk di Sekolah.
Sekretaris Yayasan Pendidikan Katolik Keuskupan Amboina, John Dumatubun dalam klarifikasinya mengatakan Imunisasi Rubella merupakan program Nasional oleh pemerintah berkolaborasi dengan Dinas Pendidikan melalui Sekolah.
Imunisasi Rubella rutin dilakukan tiap tahunnya dan dilakukan oleh dokter.
“Terkait dengan peristiwa yang terjadi pada hari Rabu kemarin maka baru pada kesempatan ini dari pihak yayasan memberikan pernyataan. Yang pertama perlu diluruskan dulu. Istilah vaksin tidak ada, imunisasi bukan vaksinasi. akibatnya apa begitu viral, karena kata vaksin ini kan agak sedikit alergi karena kita punya pengalaman Covid-19. Padahal ini kan imunisasi, program nasional pemberian imunisasi rubella itu program nasional yang sudah dijalankan tahun-tahun sebelumnya dan berhenti pada saat covid-19 dan itu dilanjutkan lagi,” kata Dumatubun di Ruang Guru SD Xaverius A1 Ambon, Jumat (30/9/2023).
Sementara itu, pihaknya juga menyayangkan tindakan orang tua murid yang malah mengamuk dan menganiaya guru.
Apalagi orang tua laki merupakan anggota Propam Polda Maluku.
Menurutnya, bila ada kesalahan harus dibicarakan baik-baik bukan melakukan kekerasan fisik kepada tenaga pendidik.
“Prinsipnya kami menyesali tindakan ini terjadi. Seharusnya, ibu datang baik-baik dan bicara. Kalau memang ada kesalahan prosedural itu bicara baik-baik, bukan tindakan seperti kemarin itu. Itu bukan tindakan seorang Ibu, apalagi yang kami sesali suaminya seorang Polisi apalagi bidang Propam lagi tidak bisa memberikan edukasi yang baik kepada ibu, malah melakukan perbuatan tidak menyenangkan yang kekerasan fisik bahkan sampai ancaman, ini tidak benar,” tambahnya.
Dijelaskannya, pihak sekolah melalui guru telah menginformasikan kepada orang tua murid melalui WhatsApp Grup kelas dua hari sebelumnya.
Bahkan di pagi hari sebelum pemberian imunisasi pun sekolah kembali mengingatkan orang tua murid.
Sejumlah orang tua murid lainnya pun aktif bertanya, termasuk ada yang langsung memberitahukan informasi anak yang tak boleh diimunisasi.
Sementara oknum orang tua ini baru memberitahukan setelah imunisasi selesai.
Pihaknya pun menyayangkan sikap mereka, apalagi ngamuk dan menganiaya guru. Pasalnya, akibat oknum orang tua ini sejumlah peserta didik lainnya mengalami trauma.
Saat ini, lanjutnya, pihak sekolah telah melaporkan ke jalur hukum. Yayasan maupun Keuskupan akan mendukung penuh dan mengawal kasus kekerasan fisik hingga pengancaman ini sampai tuntas.
“Proses ini harus dituntaskan sesuai dengan jalur hukum yang berlaku. sekali lagi saya ulangi proses ini harus diselesaikan sesuai dengan jalur hukum yang berlaku. Menurut informasi sudah sampai -tingkat Polda dan biarlah proses itu berjalan terus untuk diselesaikan. Kalau memang dalam prosedur itu ada kesalahan yang dibuat oleh sekolah, kita akan ambil tindakan. Tapi kalau khusus untuk tindakan ibu dan bapak itu kita akan proses secara hukum. Karena satu perbuatan tidak menyenangkan, yang kedua itu kekerasan fisik, dan Ketiga tuh pencemaran nama baik dan Lalu ada ancaman. Pihak Yayasan tidak akan tinggal diam. Bahkan pihak keuskupan proses. Tidak ada damai, sebagai orang beriman kita memaafkan tapi proses hukum tetap berjalan terus. Ancaman terhadap guru, saksi korban, setelah itu dalam berita pengaduan yang sudah di kirim ke SPKT dan instansi terkait,” tandasnya.
Sementara itu, Guru Lidya Toisutta menjelaskan Orang Tua laki-laki yang merupakan anggota Propam Polda Maluku naik ke kelas sambil marah-marah.
Sementara dalam ruangan kelas penuh anak kelas 1 yang sementara belajar.
Oknum orang tua ini menarik anaknya langsung turun ke lantai 1 tanpa berhenti ngamuk.
“Marah-marah ke Saya lalu tunjuk-tunjuk saya, ancam saya bahwa apabila terjadi sesuatu ke anaknya akan melaporkan saya dan menuntut saya beserta sekolah ini. Terus turun ke lantai 1 marah-marah dibawah, saya turun bersama dengan suaminya yang marah. Saya turun ke bawah mau menjelaskan saya sudah kasi informasi di Wa Grup tapi tidak ditanggapi saya masih marah-marah terus,” kata Toisutta saat dikonfirmasi, Jumat (30/9/2023).
Tak cukup sampai disitu, Isterinya yang merupakan Ibu Bhayangkari ini ikut ngamuk bahkan membanting helm.
Oknum orang tua perempuan ini juga menarik baju guru, mencengkram lengan Guru dan mendorong hingga terbentur ke pintu masuk ruang Kepala Sekolah.
“Tiba-tiba suara semakin keras, semakin mengamuk, semakin menjadi-jadi maka munculah istrinya lalu membanting helm lalu menyerang saya. Saya coba untuk menenangkannya untuk menjelaskannya, tapi tidak diterima terus menarik baju saya sampai sobek, terus mencekik (mencengkram) saya dari sini (di lengan) saya dengan kuat sekali lalu terus menarik saya mendorong saya lalu balik tarik ulang lalu banting saya. Lalu saya terbentur terkena tembok pintu mau masuk ke ruangan Kepala Sekolah,” jelasnya.
lanjutnya saat oknum orang tua ini sementara mengamuk, dirinya mencoba menenangkan dan menjelaskan telah memberitahukan informasi Imunisasi Rubella di grup WA kelas.
Tak hanya sekali, tapi dua kali, yakni dua hari sebelum dan pagi hari sebelum Imunisasi.
Pihaknya mengaku saat apel pagi HP nya dalam kondisi lemah, sehingga komunikasi lanjutan dengan orang tua murid lewat hp temannya.
Orang tua lainnya aktif berkomunikasi dengan dirinya.
Sementara, oknum orang tua ini baru menginformasikan anaknya tak boleh diimunisasi setelah imunisasi telah dilakukan.
“Terus habis itu baterai saya lowbath total mati dan saya pinjam hp teman saya untuk pantau jangan sampai ada pemberitahuan di grup tapi tidak ada. Lalu keluar main (istirahat), saya kembalikan hp teman saya. Masuk lagi, saya dengan ibu Wenno mempersiapkan anak-anak untuk Puskesmas Imunisasi. Tapi ada orang tua murid bilang ada WA tapi anaknya orang tua tersebut, tapi saya tidak tahu, tapi sudah selesai imunisasi baru orang tua chat masuk,” jlasnya.
Lanjutnya, imbas orang tua ngamuk, para peserta didik lainnya menangis dan ketakutan.
Bahkan beberapa diantaranya izin karena masih trauma melihat sikap orang tua murid tersebut.
“Semua murid masih di kelas, mereka menangis, histeris. ada videonya. Menangis itu bukan berarti mereka menangis itu bukan karena takut imunisasi tapi mereka takut karena ancaman dan suara yang sangat besar. Mereka menangis histeris karena takut, trauma. Dan dari ketakutan itulah membuat anak-anak hampir 10 orang lebih tidak mau masuk sekolah,” imbuhnya.
Ricuh di SD Xaverius Berakhir Damai, Yayasan Cabut Laporan Polisi |
![]() |
---|
Disdik Ambon Pastikan Kedepan Wajib Lampirkan Surat Persetujuan Orang Tua saat Anak Mau Diimunisasi |
![]() |
---|
Persoalan Imunisasi Berujung Ortu Ngamuk di SD Xaverius Ambon Berakhir Damai |
![]() |
---|
DPRD Ambon Bakal Panggil Disdik dan Pihak Sekolah Terkait Imunisasi Anak Berujung Ortu Ngamuk |
![]() |
---|
Ternyata Istri Polisi di Ambon Ngamuk gegara Anaknya Demam dan Muntah Usai Diimunisasi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.