Saswaty Matakena Nahkodai Paguyuban Wartawan Katolik Maluku
Puluhan wartawan Katolik yang tersebar di berbagai media di Provinsi Maluku memilih Saswaty Matakena sebagai Ketua Peguyuban Wartawan Katolik.
TRIBUNAMBON.COM -- Puluhan wartawan Katolik yang tersebar di berbagai media di Provinsi Maluku memilih Saswaty Matakena dari LaskarMaluku.com sebagai Ketua Peguyuban Wartawan Katolik Indonesia (PWKI) Provinsi Maluku.
Proses pemilihan dilakukan melalui zoom meeting, Selasa (11/7/2023) lalu dan rapat lanjutan di Manise Coffee Ambon, Jumat (21/7/2023).
Saswaty akan didampingi, Januaris Fasse dari PelitaMaluku.com sebagai Sekretaris dan Vera Renyaan dari Intimnews selaku Bendahara.
Pelantikan pengurus PWKI rencananya dilakukan pertengahan September 2023 dan diisi dengan kegiatan workshop Quo Vadis Jurnalis dan Politisi Katolik di Pemilu 2024 menghadirkan politisi dan jurnalis katolik tingkat nasional.
Ketua PWKI Maluku, Saswaty mengucapkan terima kasih atas kepercayaan dan amanah yang diberikan.
"Terima kasih untuk amanah yang diberikan. Saya lebih memaknai kepercayaan ini sebagai sebuah panggilan. Panggilan untuk mewartakan kebenaran melalui karya-karya jurnalistik," ungkap Saswaty.
Menurut Saswaty, Paguyuban Wartawan Katolik merupakan sebuah wadah pelayanan, silahturahmi, koordinasi dan komunikasi sesama wartawan katolik dalam tugas jurnalistik.
"PWKI menjadi tempat untuk saling mengingatkan dan meneguhkan dalam tugas jurnalistik, paguyuban untuk membangun keberagaman dengan seluruh kawan-kawan jurnalis lintas agama dan media," ungkap Saswaty.
Putut Prabantoro pendiri dan sekaligus penasihat PWKI menjelaskan kata Paguyuban ingin menegaskan bahwa komunitas wartawan bukan ormas.
Paguyuban itu ingin menegaskan spirit komunitas yakni pelayanan.
Artinya, siapa saja boleh dan terbuka untuk menjadi pengurus.
Syarat utamanya adalah melayani. Selain itu, adanya ketua adalah dalam posisi sebagai "tukang" kordinasi.
Kekuatan dari paguyuban adalah sepak terjangnya dengan mengandalkan kiprah orang per orang wartawan yang berada di dalam komunitas ini.
"Paguyuban itu semakin sering bertemu, sering berkomunikasi, tahu karakter masing-masing pribadi dan akhirnya bergerak bersama karena guyub. Pengaruh paguyuban bukan terletak pada pengurusnya tetapi pada masing-masing anggota yang ada di dalamnya. Ketika setiap anggota bergerak bersama dalam pijakan sama maka value atau nilai yang diusungnya akan memiliki arti. Dan nilai apa yang ingin ditawarkan paguyuban kepada masyarakat itulah yang akan dilihat," ujar Putut Prabantoro yang saat ini sebagai Taprof di Lemhannas RI.
Diurai lanjut Putut Prabantoro, PWKI ketika didirikan 2005 dimaksudkan untuk memberi perhatian pada informasi yang terkait dengan perdamaian, toleransi, persatuan, nasionalisme dan patriotisme.
Perhatian PWKI adalah seluruh lapisan masyarakat yang mempunyai komitmen terhadap nilai-nilai tersebut. Sehingga tidak mengherankan PWKI pada November 2022 diterima oleh Paus Fransiskus di Vatikan.
Artinya dibutuhkan waktu 18 tahun sejak berdirinya, bagi PWKI untuk diakui integritas dan komitmennya dalam memegang nilai-nilai yang diusung. (*)
Safari Kamtibmas: Kapolda Maluku Ajak Umat Katolik Wujudkan Perdamaian di Bumi Raja-raja |
![]() |
---|
Sekelompok Orang Diduga Preman Duduki Kantor Gubernur Maluku, Tim Lewerissa: Sadar Diri Jua! |
![]() |
---|
1 Tersangka Pembakaran Rumah Warga Hunuth Ditahan, Kabid Humas: Perlu Kehati-hatian |
![]() |
---|
GPM Imbau Pemuda dan Laki-laki Gereja Tak Terlibat Aksi Demo, Utamakan Dialog dan Doa |
![]() |
---|
Pejabat Negeri Tial Maluku Larang Warga Ikut Demonstrasi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.