Gempa Guncang Malteng
Diguyur Hujan, Komunitas ASB Maluku Tetap Galang Dana untuk Korban Gempa Malteng
Dana yang terkumpul nantinya akan dipakai untuk membeli kebutuhan pokok dan obat-obatan serta tenda untuk pengungsian.
Penulis: Jenderal Louis MR | Editor: Salama Picalouhata
Laporan Wartawan TribunAmbon.com, Dedy Azis
AMBON, TRIBUNAMBON.COM - Komunitas Anak Seram Bersatu (ASB) Maluku melakukan penggalangan dana untuk korban gempa Maluku Tengah di Jl. AY Patty, Sirimau, Ambon, Sabtu (19/6/2021) siang.
Aksi sosial itu tetap dilakukan meskipun Kota Ambon diguyur hujan.
Pantauan TribunAmbon.com di lokasi, belasan pemuda yang tergabung dalam komunitas membawa spanduk dan pengeras suara, serta karton bekas untuk menerima sumbangan dari pengguna jalan.
Baca juga: Sebulan Jelang Idul Adha, Penjual Hewan Ternak Dadakan Mulai Ramai di Kota Ambon
Baca juga: Warga Ambon Tak Taat Prokes, Pemkot Akan Evaluasi Pembatasan Sosial
Menurut orator aksi, Alfaji Payapo ia dan teman-temannya melakukan aksi tersebut sebagai bentuk solidaritas kemanusiaan.
"Aksi ini untuk membantu korban gempa atas nama kemanusiaan," ujarnya saat diwawancarai TribunAmbon.com, Sabtu.
Dia pun turut mengucapkan banyak terimakasih kepada pengguna jalan yang menyisihkan sedikit rezekinya untuk korban gempa di Tehoru.
"Terimakasih kepada masyarakat kota Ambon yang telah perduli kepada saudara-saudara kami di Tehoru," kata dia.
Lanjutnya, dana yang terkumpul nantinya akan dipakai untuk membeli kebutuhan pokok dan obat-obatan serta tenda untuk pengungsian sementara.
"Dana yang terkumpul nanti akan dipergunakan sebagai bantuan pangan dan kebutuhan yang mendesak bagi Warga Tehoru dan Telutih yang saat ini masih mendiami Tenda pengungsian dan yang masih berada di daerah Pegunungan," kata dia.
Seperti diberitakan, dampak gempa berkekuatan 6.1 magnitude di Maluku Tengah (Malteng), sebanyak 143 unit rumah hancur dan 7.227 warga di lokasi terdampak mengungsi.
Tercatat di antara 143 rumah yang rusak, Desa Tehoru sebanyak 40 unit, Haya 18 unit, Yaputih 15 unit dan Saunalu 70 unit rumah.
Ribuan Warga Desa Tehoru tersebut, hingga saat ini masih bertahan di 17 titik pengungsian yang berlokasi di ketinggian dan hutan.
Warga yang mengungsi ke lokasi ketinggian dan hutan karena rumah mereka mengalami kerusakan akibat gempa.
Selain itu, banyak warga yang rumahnya berada di pesisir pantai takut untuk pulang. Mereka memilih bertahan di tenda pengungsian. (*)