Buru Hari Ini
Disambut Meriah Secara Adat, Bupati Buru Ikram Umasugi Hadiri Ma’atenu Pakapita di Pelauw
Tradisi sakral masyarakat adat Pelauw ini turut dihadiri Bupati Buru, Ikram Umasugi, bersama Ketua TP PKK Kabupaten Buru, Ny. Mohra Umasugi.
Penulis: Ummi Dalila Temarwut | Editor: Ode Alfin Risanto
Laporan Jurnalis TribunAmbon.com Ummi Dalila Temarwut
NAMLEA,TRIBUNAMBON.COM - Suasana Desa Pelauw, Kecamatan Pulau Haruku,tampak semarak oleh pelaksanaan even budaya Ma’atenu Pakapita pada Kamis (6/11/2025).
Tradisi sakral masyarakat adat Pelauw ini turut dihadiri Bupati Buru, Ikram Umasugi, bersama Ketua TP PKK Kabupaten Buru, Ny. Mohra Umasugi.
Setibanya di lokasi acara, Bupati Ikram dan Ny. Mohra disambut hangat melalui prosesi adat pemasangan Lahatale.
Baca juga: Pembangunan Infrastruktur Desa, Pemkot Ambon Apresiasi Terselenggaranya Progam TMMD ke-126
Baca juga: BPS Rilis Perkembangan Transportasi Udara di Maluku Masih Turun pada September 2025
Secara umum, pemasangan Lahatale ini memiliki makna persaudaraan, perdamaian, atau penyatuan hubungan kekerabatan antar-marga atau antar-kampung.
Dalam tradisi adat setempat, upacara Lahatale dilakukan untuk memperkuat ikatan persaudaraan (pela-gandong), menyelesaikan konflik lama, atau menandai hubungan baru yang harmonis antara dua kelompok masyarakat.
Makna di balik prosesi adat Lahatale ini juga mencerminkan penghargaan terhadap nilai-nilai leluhur yang masih dijaga dengan penuh kebanggaan oleh masyarakat setempat.
Dalam suasana yang sarat makna budaya, Bupati Ikram menyampaikan apresiasinya kepada masyarakat Desa Pelauw atas semangat mereka menjaga tradisi Ma’atenu Pakapita agar tetap hidup di tengah arus modernisasi.
“Kehadiran kami di sini adalah wujud kepedulian terhadap pelestarian budaya daerah. Saya merasa terhormat dapat berdiri di tanah Pelauw yang kaya dengan nilai-nilai adat dan tradisi. Inilah kekuatan kita sebagai orang Maluku menjaga dan menghargai warisan leluhur,”tuturnya.
Sebagai sosok yang dikenal menjunjung tinggi nilai-nilai adat, Bupati Ikram turut mengikuti prosesi Lahatale dengan penuh hormat, memperlihatkan kedekatannya dengan masyarakat Pelauw.
Sementara itu, Ny. Mohra Umasugi terlihat berbaur bersama para ibu dan anak-anak, menebar kehangatan yang menjadi ciri khas dirinya dalam setiap kegiatan masyarakat.
Kehadiran pasangan pemimpin dari Kabupaten Buru ini menjadi wujud nyata dukungan pemerintah terhadap upaya pelestarian budaya lokal di Maluku.
Melalui partisipasi dalam kegiatan adat seperti Ma’atenu Pakapita, pemerintah daerah ingin menegaskan bahwa budaya adalah jembatan yang menghubungkan antarwilayah dan antar generasi.
Ritual Ma’atenu Pakapita sendiri merupakan bagian dari warisan adat masyarakat Negeri Pelauw.
Tradisi ini menampilkan berbagai prosesi sakral, termasuk tarian perang Cakalele, sebagai simbol keberanian dan penghormatan terhadap leluhur.
Ritual yang dilaksanakan setiap tiga tahun sekali ini menjadi penanda kuatnya identitas dan kebanggaan masyarakat Hatuhaha Pelauw terhadap akar budayanya.(*)
| Dana HUT Buru Diduga dari Pungli, Mahasiswa Desak Kepala Satpol PP Dicopot |
|
|---|
| Kasus Penyerobotan Lahan: Bupati Instruksikan Pemda Buru Ambil Langkah Tegas terhadap PT. Safi |
|
|---|
| Bangunan SMAN 13 Buru Rusak Parah, DPRD Minta Pemerintah Segera Bertindak |
|
|---|
| HUT ke-80 Brimob, Personel Kompi 3 dan Warga Bahu Membahu Bangun Masjid di Buru |
|
|---|
| Ini Penampakan SMAN 13 Buru, Dinas Pendidikan Kaget Bangunan Sekolah Tak Layak |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.