Keracunan MBG

Setahun Prabowo-Gibran: Ratusan Siswa di SBB Keracunan Diduga Usai Santap Makanan Bergizi Gratis

Dalam sebuah insiden luar biasa yang memicu kepanikan orang tua dan membuat tenaga kesehatan kewalahan,

|
Penulis: Jenderal Louis MR | Editor: Fandi Wattimena
TribunAmbon.com/ Jenderal Louis
KERACUNAN - Salah seorang siswa kroban keracunan diduga usai konsumsi MBG tengah disuapi orang tuanya, Selasa (21/10/2025) 

Ine lantas memakan kuning telur tersebut dan melihat sendiri warnanya tidak seperti kuning telur yang baru direbus, warnanya sudah hijau kehitam-hitaman.

Tak hanya siswa, Ine pun turut menjadi korban. Setelah memakan kuning telur itu, ia sempat merasa pusing.

Beberapa anak didiknya kemudian dilarikan ke Puskesmas Waimital, empat di antaranya mengalami keluhan yang sama, bahkan satu siswa sampai muntah-muntah. 

Saat menjenguk mereka, Ine mengaku kembali merasakan sakit perut.

Puskesmas Kewalahan, Korban Berjatuhan Beruntun
Data sementara hingga Selasa (21/10/2025) menunjukkan skala bencana gizi ini:

  • Puskesmas Waimital: Total 72 pasien kasus MBG (59 pasien pada Senin, 13 pasien tambahan pada Selasa).
  • Puskesmas Kairatu: Total 156 pasien kasus MBG (92 pasien pada Senin, 64 pasien tambahan pada Selasa).

Kepala Tata Usaha Puskesmas Waimital, Christina J. Hukom, menjelaskan bahwa korban pertama masuk sekitar pukul 15.00 WIT, Senin 20 Oktober 2025.

Setelah itu, pasien datang beruntun. Keluhan rata-rata sama: pusing, mual, sakit perut, dan muntah.

“Pasien berentetan dibawa ke Puskesmas Waimital,” ujar Christina.

Pasien berasal dari TK, SD, SMP, hingga SMA, dengan 8 siswa SMA dan 3 guru turut dirawat. 

Rata-rata orang tua melaporkan anak mereka sakit sekitar 4 jam setelah mengonsumsi MBG yang dibagikan pukul 10.00 hingga 11.00 WIT.

Situasi di Puskesmas Kairatu lebih genting. 

Kepala Puskesmas Kairatu, Nurma Mahu, mengungkapkan bahwa banyak pasien masuk dengan kondisi lemas dan langsung diinfus.

“Bahkan ada pasien yang dipasang oksigen,” kata Nurma.

Ia menyebutkan sekitar 4 pasien sempat membutuhkan oksigen.

Pasien paling banyak berasal dari siswa SD, khususnya SD 3 Waimital dan SD Inpres Telaga.

Sumber: Tribun Ambon
Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved