Maluku Terkini
Ibu Korban Pemukulan Minta Pelni Izinkan Pedagang Jualan di Kapal: Sambung Hidup
Namun, bagi keluarga korban dan pedagang kecil, peristiwa ini menyisakan kekhawatiran mendalam atas keberlangsungan hidup mereka.
Penulis: Maula Pelu | Editor: Fandi Wattimena
Laporan Wartawan TribunAmbon.com, Maula M Pelu
AMBON, TRIBUNAMBON.COM - Insiden dugaan kekerasan yang melibatkan petugas keamanan KM. Ciremai terhadap seorang pedagang asongan akhir Juli 2025, telah diselesaikan secara kekeluargaan hari ini, Rabu (6/7/2025).
Namun, bagi keluarga korban dan pedagang kecil, peristiwa ini menyisakan kekhawatiran mendalam atas keberlangsungan hidup mereka.
Faldi yang kerap membantu orang tuanya berjualan di atas kapal, diduga menjadi korban kekerasan saat tengah berjualan di Dek 5 luar kapal KM. Ciremai.
Ia mengaku ditarik paksa oleh Kepala Sekuriti KM. Ciremai bernama Rinto, hingga mengalami luka gores dan rasa sakit di bagian dada.
Aksi tersebut turut memicu keributan di area pelabuhan, karena pedagang lain juga mengalami perlakuan serupa.
Pihak Pelni berdalih, tindakan penurunan para pedagang dilakukan semata untuk memastikan kelancaran proses pelayaran dan sesuai dengan regulasi yang berlaku.
Namun, larangan total terhadap pedagang asongan untuk berjualan di atas kapal, dianggap memberatkan bagi sebagian masyarakat kecil yang menggantungkan hidupnya dari aktivitas tersebut.
Baca juga: Ketua DPD NasDem Buru Duga Aksi Desak Bella Shofie Mundur Itu Tak Murni: Saya Yakin Itu Titipan
Baca juga: Polres SBB Gagalkan Penyelundupan 900 Liter Sopi Menuju Kota Ambon
Khadijah, Ibu dari Faldi, tak dapat menyembunyikan rasa kecewanya.
Meski telah sepakat menyelesaikan insiden tersebut dengan jalur damai, ia menyampaikan harapan agar Pelni bisa membuka kembali kesempatan bagi pedagang kecil seperti mereka untuk berjualan secara tertib dan terdata.
“Diselesaikan secara kekeluargaan saja, jangan buat ribut lagi,”ucap Khadijah.
“Kami minta supaya dong bisa perhatikan Katong (kita) lagi. Semoga dong bisa urus katong baju atau ID Card ka, biar bisa berjualan di kapal to. Biar jangan lagi dikejar-kejar sama petugas di kapal,” lanjutnya dengan nada pelan.
Bagi Khadijah dan pedagang kecil lainnya, berjualan di kapal bukan semata sebagai ekonomi harian, melainkan tentang masa depan anak-anak mereka.
“Kalau boleh ada yang bisa mendukung katong (kita) bisa berjualan lagi untuk Katong pung anak-anak masa depan to,” tutupnya.
Sekedar informasi, kejadian penurunan para pedagang asongan secara paksa dari kapal pada Minggu (27/7/2025) lalu sekitar pukul 09.30 WIT, saat kapal Ciremai tiba dari Sorong, Papua Barat dan bersandar di Pelabuhan Yos Sudarso Ambon. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.