Maluki Terkini
Banjir Rob di Wilayah SBT Hingga Ambon, Begini Kata Akademisi Kelautan
Dr. Yunita A. Noya, seorang akademisi Ilmu Kelautan dari Universitas Pattimura Ambon, memberikan penjelasan mengenai penyebab terjadinya Banjir Rob.
Penulis: Maula Pelu | Editor: Ode Alfin Risanto
Laporan Wartawan TribunAmbon.com, Maula M Pelu
AMBON, TRIBUNAMBON.COM – Dalam beberapa pekan terakhir di Provinsi Maluku, terutama di pesisir Seram Bagian Timur (SBT), Kecamatan Leihitu Maluku Tengah, hingga di Kota Ambon, terlanda fenomena Banjir Rob.
Peristiwa ini merendam puluhan rumah di Kawasan Pesisir tersebut.
Terkait hal ini, Dr. Yunita A. Noya, seorang akademisi Ilmu Kelautan dari Universitas Pattimura Ambon, memberikan penjelasan mengenai penyebab terjadinya Banjir Rob.
Menurut Dr. Noya, fenomena ini diduga dipicu oleh kombinasi dua faktor, yaitu fenomena astronomi dan kondisi cuaca ekstrim.
“Banjir Rob ini terjadi bertepat dengan periode pasang purnama, yang dikenal dengan sebutan bulan mati atau bulan gelap di Ambon, yang terjadi diakhir Maret 2025. Selain itu, BMKG juga mengeluarkan peringatan adanya cuaca ekstrem dengan intensitas hujan sedang hingga lebat yang diperkirakan terjadi antara 27-29 Maret. Kedua hal ini, menjadi faktor penting yang berhubungan dengan fenomena banjir ROB,” ujar Dr. Noya lewat pesan WhatsApp kepada TribunAmbon.com, Rabu (9/4/2025).
Fenomena banjir Rob ini jelasnya, merupakan kejadian alami yang terjadi akibat adanya intrusi air laut yang memasuki daratan, melewati garis pasang tertinggi pantai.
Baca juga: Selain di Salagur Air, Banjir Rob Juga Terjadi di Ibu Kota Kabupaten Seram Bagian Timur
Baca juga: Puluhan Tahun Banjir Rob di Waimolong Negeri Hitu, Tanpa Penanganan Serius Pemerintah
Hal ini menurutnya dapat dipandang sebagai suatu hal yang alami, mengingat alam memiliki mekanisme untuk menjaga keseimbangan, meskipun efek dari fenomena tersebut cukup merugikan bagi masyarakat yang tinggal di daerah pesisir.
“Air laut yang masuk lebih jauh ke darat, ini mengindikasikan adanya ketidakseimbangan antara volume air laut dan area sebarannya. Volume air laut yang lebih tinggi pada saat itu, menjadi salah satu penyebab fenomena Banjir Rob ini, meskipun alasan ini masih perlu kajian lebih lanjut pada wilayah-wilayah tertentu,” sambungnya
Lebih lanjut, Dr. Noya menjelaskan beberapa faktor secara umum yang memicu terjadinya Banjir Rob di wilayah-wilayah pesisir, diantaranya;
1. Reklamasi pantai yang berlebihan, memberikan tekanan tambahan pada wilayah pesisir sekitarnya.
2. Area pemukiman yang padat di sepanjang pesisir, dapat menyebabkan kondisi lahan (terutama substrat fluvial) mendapat tekanan tinggi, sehingga lahan dapat turun.
3. Kondisi sepadan pantai yang lebih rendah dari garis pasang tertinggi.
4. Kondisi iklim atau cuaca yang semakin tidak konsisten dapat memicu pola perubahan mekanisme di laut.
Meskipun ada indikasi kenaikan permukaan air laut (Sea Level Rise/SLR), Dr. Noya menegaskan saat ini belum ada data yang menunjukkan peningkatan signifikan di wilayah Maluku.
BPS Mencatat Nilai Tukar Petani di Maluku Naik 0,58 persen, Ini Presentasinya |
![]() |
---|
BPS Catat Maluku Alami Penurunan Ekspor 86,45 Persen Periode Maret 2025 |
![]() |
---|
Pajak PPN Tak Disetor, Kini Dua Pengusaha Kayu Mendekam di Penjara |
![]() |
---|
Diduga Selewengkan Miliaran Dana Desa, Kades Luhu SBB Dilaporkan ke Polda Maluku |
![]() |
---|
Operasi Pekat Salawaku di Tanimbar, Aparat Amankan Penyelundupan Senapan Angin Ilegal |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.