Pendidikan di Ambon

Jadi Narasumber Kemendikbudristek, Kepsek SMA YPKPM Ambon Bahas Penerapan Gaya Hidup Berkelanjutan

Podcast yang dipandu oleh Direktur Jenderal Pendidikan, Iwan Syahril membahas tentang peranan kurikulum merdeka dalam perubahan lingkungan.

Penulis: Mesya Marasabessy | Editor: Adjeng Hatalea
TribunAmbom.com / Mesya Marasabessy
Sekolah Menengah Atas (SMA) Yayasan Persekolahan Kristen Protestan Maluku (YPKPM) Ambon saat diwawancarai TribunAmbon.com, Selasa (24/9/2024). 

Laporan Wartawan TribunAmbon.com, Mesya Marasabessy                                  

AMBON, TRIBUNAMBON.COM - Sekolah Menengah Atas (SMA) Yayasan Persekolahan Kristen Protestan Maluku (YPKPM) Ambon, terpilih menjadi narasumber Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi  (Lemendikbudristek) dalam podcast Iwan Syahril pada 20 September 2024 lalu.

Hal itu diakui oleh Kepala Sekolah SMA Kristen YPKPM Ambon, E. Laturiuw. 

Podcast yang dipandu oleh Direktur Jenderal Pendidikan, Iwan Syahril membahas tentang peranan kurikulum merdeka dalam perubahan lingkungan.

“Tentang peranan kurikulum merdeka dalam perubahan lingkungan, apa saja yang SMA Kristen lakukan sehingga sekolah kami terpilih sebagai narasumber di podcast ini,” kata E. Laturiuw, Selasa, (24/9/2024).

Dalam podcast tersebut E. Laturiuw menceritakan SMA YPKPM telah fokus dengan perubahan iklim sejak 2019, kemudian jadi sekolah penggerak bertema gaya hidup berkelanjutan dengan cara mengurangi emisi gas karbon.

Baca juga: Siswa SMA Kristen YPKPM Ambon Lestarikan Budaya dan Lingkungan Lewat Busana Berbahan Dasar Sampah

“SMA Kristen sudah konsen dengan perubahan iklim sejak tahun 2019, kami sudah menanamkan program bebas plastik. Setelah itu jadi sekolah penggerak, kami mengambil tema gaya hidup berkelanjutan, dengan kegiatannya adalah pengukuran emisi gas karbon,” ungkapnya.

Kepala sekolah SMA YPKPM itu menjelaskan tema dan cara tersebut memberikan hasil pengukuran emisi gas karbon masih di ambang batas. 

Namun, Kota Ambon belum bisa dikatakan aman. 

“Mengapa sekolah memilih ini? Ia untuk membuktikan bahwa Ambon khususnya kita Ambon ini, apakah perubahan iklim itu telah nampak di daerah kita. Nah hasil pengukuran emisi gas karbon membuktikan memang kita masih ada di ambang batas, bukan berarti kita aman,” jelas E. Laturiuw.

Ia melanjutkan pentingnya mengajak masyarakat untuk melakukan pengukuran emisi gas karbon yang untungnya telah diterapkan pada siswa siswi SMA YPKPM AMBON.

“Oleh karena itu supaya jangan kita terkena di batas yang di toleransikan, mari kami mengajak anak anak untuk melakukan pengukuran, sehingga mereka tau apasih dampak dari perubahan iklim itu, nah saya bercerita bahwa ternyata di Ambon ini kita sudah merasakan dampak itu kita sudah merasakan dan sudah mengalami tapi kita tidak melakukan pencegahan,” lanjutnya.

Ia memberikan contoh perubahan iklim yang sudah dirasakan di lingkungan masyarakat.

“Contoh daerah permukaan air laut kita semakin hari semakin tinggi, dan kita lihat di beberapa tempat kalau air naik, air sudah sampai ke jalan. Nelayan biasanya cari ikan dekat-dekat saja, sekarang sudah hampir melaut jauh, biaya transportasi minyak, akhirnya ikan di Ambon yang dulunya murah sekali menjadi mahal, bukankah kita sudah merasakan perubahan lingkungan iklim,” tutur kepala Sekolah SMA YPKPM.

Ia kembali mengatakan untuk mencegah perubahan iklim yang merugikan, SMA Kristen YPKM Ambon melakukan upaya pemberdayaan plastik dan membangun karakter siswa dengan harapan menjadi contoh bagi masyarakat.

“Kita melakukan memberdayakan plastik, plastik ini menjadi sebuah sumber daya. Kami menyebutnya sampah bukan Masalah tapi sumber daya,"

"Itu pembentukan karakter tujuannya, dimulai dari mana, ketika saya melihat dimensi profil pelajar Pancasila yang beriman bertakwa, disitu ada salah satu sub elemen yang mengatakan akhlak kepada alam. Itu seperti menjaga kebersihan, sampah, menjaga lingkungan hidup, merawat pohon pohon, dan menanam itu bagian dari akhlak pada alam. Bukankah mereka juga ciptaan Tuhan yang harus kita jaga dan pelihara. Tindakan kita apa, salah satunya itu merawat bumi ini dengan tindakan kecil,"

Ia turut mengucap syukur sekolahnya diundang jadi narasumber oleh kemendikbudristek dan diberi apresiasi oleh Badan Standar Kurikulum dan Asesment Pendidikan (BSKAP) karena telah menerapkan sekolah penggerak gaya hidup berkelanjutan dengan cara mengurangi emisi gas karbon.

“Bersyukurlah saya diundang ke Kemendikbud dan saya bercerita tentang hal ini mendapat apresiasi yang sangat luar biasa. Terutama dari kepala BSKAP (Badan Standar Kurikulum dan Assessment Pendidikan). Beliau memberi apresiasi sekali bahwa ternyata buku baru mereka luncurkan Agustus, buku panduannya, tapi sekolah ibu (SMA Kristen YPKM Ambon) telah melakukan mendahului buku panduan yang diturunkan,” ucapnya.

Terakhir, ia berharap masyarakat sadar merawat bumi adalah tugas bersama bukan individu.

"Harapan kedepan bahwa, perubahan iklim ini mencegah, merawat bumi bukan tugas satu orang saja tapi tugas kita bersama, karna itu lewat komunitas pendidikan lah itu awal kita melakukannya," harapnya.(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved