Maluku Legend
Jafar Lapandewa, Senior Tukang Becak di Kota Namlea: Jangan Menyerah
Pada usia 51 tahun, ia bukan hanya seorang tukang becak biasa, tetapi menjadi simbol ketekunan dan perjuangan tanpa henti meski harus melewati berbaga
Penulis: Zainal Ameth | Editor: Fandi Wattimena
Namun, berkat ketekunan dan ketabahan, sedikit demi sedikit uang terkumpul untuk pendidikan anak-anaknya.
Supritai Lapandewa, anak pertamanya menikah dan menjadi ibu rumah tangga.
Suhardi Lapandewa, anak kedua, jadi anggoa TNI di Masohi.
Sementara itu, Hartini Lapandewa, anak bungsunya, bekerja di KP3M (Kantor Pelayanan Penanaman Modal) di Kantor Bupati.
Dari hasil becak, sebuah rumah sederhana pun berhasil dibangunnya tanpa membayar tukang.
"Jangan menyerah," cetusnya sambil tersenyum.
Pada tahun 2016, anaknya yang menjadi tentara memberinya motor, yang membuat Jafar beralih profesi menjadi tukang ojek.
Meski begitu, Jafar merindukan masa-masa menarik becak.
"Naik motor, uang sedikit saja, kadang sampai malam hanya dapat lima puluh ribu. Tapi, dengan becak, sehari bisa dapat Rp150 ribu," ungkapnya.
Kini, dengan sembilan cucu yang memeriahkan hidupnya, Jafar menikmati masa tuanya dengan kebanggaan dan kepuasan atas pencapaian hidupnya.
Meski melalui banyak kesulitan, Jafar Lapandewa tetap teguh dan menunjukkan kepada kita bahwa dengan ketekunan, dedikasi, dan sikap pantang menyerah, kita dapat mencapai kebahagiaan dan kesuksesan sejati.
Ia adalah simbol dari semangat juang yang tak pernah padam, seorang legend hidup yang akan terus dikenang di Namlea. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.