Hari Pattimura 2023
Prosesi Pembuatan Api Pattimura dan Maknanya pada Perayaan Hari Pattimura ke 206
Pada perayaan Hari Pattimura ke 206, pembuatan Api Pattimura kembali digelar di Puncak Gunung Saniri, Negeri Tuhaha, Kecamatan Saparua
Penulis: Tanita Pattiasina | Editor: Adjeng Hatalea
Kemudian dilakukan doa menurut ajaran Islam dan Kristen untuk meminta pertolongan sang pencipta, barulah dilakukan upacara adat.
Kepala adat, Aipassa kemudian akan berbicara dengan bahasa adat.
Usai berbicara, tahuri (kulit bia) akan ditiupkan oleh keturunan bermarga Tehusyarana, yang keturunan Marinyo atau Raja.
Sementara tifa dipukul oleh Keturunan Raja bermarga Loupatty.
Tehusyarana akan meniup tahuri sebanyak 9 kali.
Pada tiupan terakhir, seluruh peniup tahuri yang lain juga akan serempak meniup tahuri.
Selanjutnya api dibuat.
Prosesi penyalaan api secara tradisional dengan menggesekan bambu yang telah disiapkan sebelumnya.
Baca juga: Hari Pattimura ke 206, Negeri di Saparua Lari Obor Mulai dari Gunung Saniri
Di bawah sebilah bambu ditaruh parung mayang untuk mempercepat api menyala.
"Bambunya kan sudah disiapkan. Istilahnya bahasanya iris unar. Unar itu bambu sendiri, pakai Parung mayang. Mayang ini dia punya kikisan parung itu untuk mempercepat terjadinya api. Jadi gesekan bambu panas dia turun kena Parung itu dia akan menyala jadi api Unar Tuhaha," jelas Pollatu.
Prosesi menggesek dua bilah bambu itu membutuhkan waktu sekitar 15 menit hingga menghasilkan titik api.
Api kemudian disulut ke Obor Pattimuda yang dipegang Ketua Adat, Aipassa.
Saat titik api muncul, secara serentak seluruh peserta upacara histeris dan bergembira dan menari cakalele.
"Tifaaa," teriak salah seorang anak adat.
Suansa heroisme dan sakral sangat terasa.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.