Pulau Emas Romang
Sulit Pasarkan Madu Pulau Romang, Dadiara Akhirnya Jual Sopi; Laku 56 Botol Sepekan
Tidak hanya nelayan dan petani yang kesulitan menjual hasil produksi, unit usaha perorangan juga terdampak minimnya infrastruktur perhubungan.
Penulis: Fandi Wattimena | Editor: Salama Picalouhata
Sedangkan Romang - Ambon Rp 678 ribu per orang.
Dengan kondisi itu, Soni pun harus memutar otak agar tetap bertahan.
Pilihan untuk menjual minuman keras tradisional pun diambilnya.
Diakuinya, menjual miras jauh lebih untung.
Rerata delapan botol terjual setiap hari.
Sedangkan madu di pasar Desa Hila hanya terjual paling tinggi dua botol.
Untuk satu botolnya dihargai Rp 100 ribu.
"Madu tidak banyak yang butuh disini, klo tamu dari luar datang kan juga jarang," tandasnya.
Selain transportasi antar pulau, akses jalan penghubung desa di Pulau berpenduduk lebih dari 4500 jiwa juga jauh dari memadai.
Belum ada pengaspalan sehingga jalur jalan cukup ekstrem dilintasi.
Pengendara bakal berhadapan dengan jalan bebatuan, tanjakan curam hingga menyeberangi sungai.
Alhasil, jarak Desa Hila - Jerusu yang hanya 8.6 km memakan waktu tempuh hingga 40 menit dengan kendaraan roda dua.
Tarif ojek pun mencapai Rp 150 ribu sekali jalan.
Sementara Desa Hila - Sholat berjarak 9.5 km dan belum bisa ditembus lewat jalur darat.
Jika menggunakan jasa longboat maka dikenakan tarif Rp 1.5 juta.
Minimnya infrastruktur juga ditegaskan Camat Pulau Romang Yafet Lelatobur.
Yakni; perhubungan, kelistrikan dan telekomunikasi.
"Itu infrastruktur yang menjadi kebutuhan utama masyarakat," cetus Lelatobur, Kamis (13/10/2022). (*)