Pulau Emas Romang
Sulit Pasarkan Madu Pulau Romang, Dadiara Akhirnya Jual Sopi; Laku 56 Botol Sepekan
Tidak hanya nelayan dan petani yang kesulitan menjual hasil produksi, unit usaha perorangan juga terdampak minimnya infrastruktur perhubungan.
Penulis: Fandi Wattimena | Editor: Salama Picalouhata
Laporan Wartawan TribunAmbon.com, Fandi Wattimena
TRIBUNAMBON.COM - Tidak hanya nelayan dan petani yang kesulitan menjual hasil produksi, unit usaha perorangan juga terdampak minimnya infrastruktur perhubungan.
Soni Dadiara, seorang penjual madu di Desa Hila, Kecamatan Pulau Romang, Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD) adalah salah satu dari banyak pengusaha kecil yang kesulitan.
Kepada TribunAmbon.com, pria dua anak itu mengaku penjualan tidak efektif lantaran distribusi produk kerap terlambat.
Keterlambatan disebabkan jadwal pelayaran tidak banyak.
Hanya satu sampai dua kapal yang menyinggahi pelabuhan Romang dalam sepekan.
Itu pun tidak langsung balik lagi ke pelabuhan Romang, sehingga harus menunggu kapal di pekan berikutnya.
Baca juga: Jaga Rakit Pagi Sampai Sore, Bocah di Pulau Romang Kantongi Rp 100 Ribu per Hari
Masalah lain muncul lantaran biaya operasional menjadi lebih tinggi.
"Biaya operasional pun membengkak, karena harus nginap lama di Tiakur," ujarnya, Sabtu (15/10/2022).
Alhasil, dia terpaksa hanya menitipkan produknya tanpa harus berangkat ke ibu kota kabupaten berjuluk Kalwedo itu.
Promosi dan rencana memperluas penjualan hingga di Ibu Kota Provinsi pun terpaksa diurung.
Diketahui, hanya ada satu armada Tol Laut yang melayani rute Romang dan Tiakur, yakni KM Pesona.
Sementara kapal Sabuk Nusantara milik Pelni yang melayari rute Ambon - Moa hingga Romang masih dalam perbaikan.
Kapal swasta milik PT Dharma Indah juga menambah jadwal singgah di Romang pada hari Rabu.
Namun harga tiket terhitung tinggi, Rp 115 ribu per orang menuju Moa.