Hari Pahlawan

Mengenal sosok Mathilda Batlayeri, Pahlawan Asal Maluku yang Gugur di Kalimantan

Nama aslinya adalah Mathilda Lamere, lahir pada tahun 1927 di Desa Sifnana, Saumlaki, Kabupaten Maluku Tenggara Barat yang kini sudah berganti nama me

Penulis: Ode Alfin Risanto | Editor: Adjeng Hatalea
Kompas.com
Monumen Batlayeri di Jalan Mathilda Batlayeri, Padang Luas, Kurau, Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan 

Puluhan anggota KRYT menyerang dengan senjata api, dalam keadaan itu, di pos polisi sekaligus asrama, hanya terdapat lima anggota polisi.

Baku tembak yang tidak berimbang pun terjadi antara lima polisi dan puluhan anggota KRYT.

Mathilda cemas sekali melihat hanya lima polisi yang bertahan, sedangkan suaminya Adrianus tidak bisa kembali ke asrama karena posisi sumur dan asrama sudah ditempati pasukan KRYT.

Karena terdesak dan putra sulungya sudah tertembak meninggal, Mathilda langsung masuk ke kamar, mengambil senjata jenis moser milik suaminya. 

Mathilda langsung melibatkan diri dalam baku tembak itu.

Ia bahkan menembak rubuh pimpinan penyerangan bernama Suwandi yang dikabarkan punya ilmu kebal dan tidak bisa tembus pelor.

Meskipun Mathilda sudah berusaha membantu lima anggota polisi, namun lawan yang jumlahnya lebih banyak dan tembakan membabi buta, membuat anggota-anggota polisi itu gugur.

Bahkan, asrama polisi yang bukan bangunan permanen itu juga tertembus hujan peluru.

Lima anggota polisi dan ketiga putra serta Mathilda tertembak di dalam rumah dan tewas seketika.

Pertempuran selama satu setengah jam itu, membuat Pasukan KRyT langsung membumihanguskan pos dan asrama.

Jenazah Mathilda yang sedang mengandung bersama ketiga puteranya hangus terpanggang dalam kobaran api.

Tiga puluh tahun setelah peristiwa itu terkadi , organisasi Bhayangkari Pusat memberi penghargaan kepada Mathilda Batlayeri pada 1983 berupa penghargaan Medali Melati sebagai Pahlawan Bhayangkari.

Bersamaan dengan tahun itu pula, Kapolda Kalimantan Selatan Brigjen Pol M. Sanusi  kemudian menjadi Kapolri membangun monumen untuk mengenang Mathilda Batlayeri.

Monumen mulai dibangun pada 13 Agustus 1983, dan diberi nama Monumen Bhayangkari Teladan Mathilda Batlayeri.

Monumen tersebut bertuliskan pesan terkahir Mathilda yakni “Kepada penerusku, aku Bhayangkari dan anak-anakku terkapar di sini, di Bumi Kurau Kalimatan Selatan yang sepi. Semoga pahatan pengabdianku memberi arti pada Ibu Pertiwi”.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Ambon
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved