Menyapa Nusantara

Berkenalan dengan "Haenyeo", Tradisi Jeju yang Kini di Ujung Tanduk

Drama tersebut menceritakan tentang Oh Ae-sun, yang merupakan putri seorang haenyeo di Pulau Jeju, pontang panting

Editor: Fandi Wattimena
ANTARA/Ade Irma Junida
Ketua Asosiasi Haenyeo Segye-ri Lee Bok-soo dalam sesi wawancara dengan media di sekitar perairan di Desa Sagye-ri, Seogwipo, Jeju, Korea Selatan, Rabu (12/11/2025). 

Kendati demikian, wanita yang bisa bertahan di dalam air selama 90 detik itu mengatakan, ia bangga menjadi haenyeo dan akan terus menjadi haenyeo. Entah lima atau 10 tahun lagi, Lee masih akan terus menyelam.

"Saya belum berniat untuk pensiun. Entah lima atau 10 tahun lagi, saya akan terus menyelam," kata wanita yang mengaku bisa mengirim anak-anaknya kuliah dengan profesi tersebut.

Upaya pelestarian

Pemerintah Provinsi Otonomi Khusus Jeju memahami tradisi ini menghadapi tantangan berat. Pemerintah setempat pun menggulirkan sejumlah bantuan atau insentif agar populasi haenyeo yang menua ini tidak lekas tergerus zaman.

Lantas, Jeju Special Self-Governing Province Ordinance on Preservation and Development of Haenyeo Fisheries pun diterbitkan. Peraturan ini mengatur sejumlah insentif bagi para haenyeo, termasuk dukungan biaya perawatan medis, tunjangan untuk haenyeo lansia atau yang sudah pensiun, hingga tunjangan bagi para haenyeo muda.

Peraturan ini juga mendukung upaya pelestarian budaya haenyeo lewat konten promosi budaya, hingga pelatihan dan pembinaan generasi baru penyelam.

Gubernur Jeju Oh Young-hun mengakui, meski populasi haenyeo terus menipis, pelestarian budaya tentang tradisi penyelam wanita ini terus hidup dan menjadi salah satu atraksi wisata unggulan Jeju.

Ia menyebut sejak booming drama Korea berlatar belakang Pulau Jeju, seperti When Life Gives You Tangerine atau Our Blues, jumlah wisatawan ke pulau itu terus meningkat, bahkan mendekati angka sebelum pandemi COVID-19 dan diproyeksi terus meningkat.

"Tahun lalu total ada sekitar 2 juta wisatawan berkunjung ke Jeju, angka ini mendekati total kunjungan pada 2019 yang mencapai 3 juta wisatawan," katanya.

Gubernur Oh menilai, selain didukung oleh promosi lewat film dan serial drama, Jeju sudah memiliki modal warisan alam dan budaya yang sudah diakui dunia. Tradisi haenyeo pun telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda oleh UNESCO pada 2016.

Untuk terus mendukung pelestarian budaya haenyeo, sejumlah tur budaya, jelajah desa tradisional, kelas masak makanan laut juga penyelaman langsung bisa jadi pilihan atraksi bagi para pelancong.

Pemerintah setempat juga telah membangun Museum Haenyeo yang menawarkan wawasan mendalam tentang kehidupan dan sejarah para penyelam wanita ini.

Meski berada di ujung tanduk, budaya haenyeo tetap hidup dan semakin mendunia. Korea Selatan menunjukkan bagaimana upaya serius, berkelanjutan, dan terstruktur dapat menjaga warisan budaya tetap relevan di era modern.

Pendekatan ini menjadi contoh berharga bagi banyak negara, termasuk Indonesia, bahwa pelestarian tradisi bukan hanya tentang menjaga masa lalu, tetapi juga tentang menghadirkan identitas budaya ke panggung global.

 

Oleh Ade irma Junida

Halaman 3/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved