Ambon Hari Ini

Ini Realisasi Panen Jagung di Maluku Sejak Januari Hingga September 2025

Luas panen jagung hasil Survei KSA terdiri dari tiga jenis panen yaitu panen hijauan, panen muda, dan panen pipilan.

Penulis: Maula Pelu | Editor: Mesya Marasabessy
Istimewa
JAGUNG MALUKU - Infografis perkembangan luasan panen dan dan produksi jagung di Maluku untuk rilis perkembangan oleh BPS pada November 2025. 

Laporan Wartawan TribunAmbon.com, Maula M Pelu

AMBON, TRIBUNAMBON.COM - Realisasi panen jagung sepanjang Januari hingga September 2025 di Maluku mengalami peningkatan.

Data ini berdasarkan Kerangka Sampel Area (KSA) yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Maluku untuk periode November 2025. 

Luas panen jagung hasil Survei KSA terdiri dari tiga jenis panen yaitu panen hijauan, panen muda, dan panen pipilan.

Tercatat luas panen jagung hijauan sepanjang Januari hingga September 2025 mencapai sekitar 0,60 ribu hektare atau 11,79 persen dari total luas panen
jagung. 

Untuk luas panen muda pada periode yang sama mencapai 2,00 ribu hektare atau 39,06 persen dari total luas panen jagung.

Sementara realisasi panen jagung pipilan sepanjang Januari-September 2025 sebesar 2,51 ribu hektare atau mengalami peningkatan sekitar 0,43 ribu
hektare (20,92 persen) dibanding periode yang sama pada 2024.

Jika dilihat pada 2024x presentasinya mencapainya 2,08 ribu hektare. 

“Sementara potensi luas panen jagung pipilan pada Oktober-Desember 2025 diperkirakan sekitar 0,13 hektare. Dengan demikian, total luas panen jagung pipilan pada 2025 diperkirakan sebesar 2,64 ribu hektare atau mengalami peningkatan sebesar 0,40 ribu hektare (17,82 persen) dibanding 2024 yang sebesar 2,24 ribu hektare,” ungkap Kepala BPS Maluku, Maritje Pattiwaellapia. 

Baca juga: Jelang Nataru, Harga Bawang di Pasar Rakyat Bula Stabil, Pasokan ke Pedagang Lancar

Baca juga: Cabai di Pasar Bula Melonjak, Pedagang Akui Stok Menipis Sejak Awal November

Jika dilihat presentasinya, puncak panen jagung pipilan pada 2024 dan 2025 terjadi pada Maret dengan luas panen 2024 sebesar 0,76 ribu hektar dan 2025 sebesar 0,87 ribu hektare. 

Sementara produksi jagung pipilan kering dengan kadar air 28 persen (JPK-KA28 persen) Januari hingga
Desember 2025 (angka sementara) diperkirakan sebesar 9,54 ribu ton, mengalami penurunan sebesar 0,72 ribu ton atau 6,99 persen dibanding 2024 sebesar 10,26 ribu ton. 

Produksi JPK-KA28 % tertinggi pada 2024 dan 2025 terjadi di bulan yang sama, yaitu Maret dengan masing masing sebesar 4,18 ribu ton pada Maret 2024 dan 2,84 ribu ton pada maret 2025.

Jika produksi JPK-KA28 % dikonversikan ke jagung pipilan kering dengan kadar air 14 persen (JPK-KA14 % ), produksi JPK-KA14 % sepanjang Januari hingga Desember 2025 (angka sementara) diperkirakan sebesar 7,05 ribu ton, atau mengalami penurunan sebesar 0,53 ribu ton (6,99 persen) dibandingkan 2024 yang sebesar 7,58 ribu ton.

Sebagai informasi, metode KSA dikembangkan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang sekarang bergabung menjadi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Badan Pusat statistik 
(BPS) untuk mengestimasi luas panen jagung berdasarkan pengamatan yang objek. 

Pendataan KSA jagung dilaksanakan di seluruh wilayah Indonesia, kecuali Provinsi DKI Jakarta. 

Metodologi KSA untuk komoditas jagung menggunakan 21.979 sampel segmen lahan berbentuk bujur sangkar berukuran 100m×100m (1 hektare) dengan lokasi yang
tetap. 

Setiap bulan, masing-masing sampel segmen diamati secara visual di empat titik dengan menggunakan HP berbasis android sehingga dapat diama kondisi pertanaman jagung di sampel segmen tersebut (persiapan lahan, fase vegeta f, fase reproduk f, fase panen, potensi gagal panen, lahan pertanian bukan jagung, atau lahan bukan pertanian). 

Hasil amatan kemudian difoto dan dikirimkan ke server pusat untuk diolah. 

Luas panen yang dihasilkan dari pendataan
KSA Jagung meliputi luas panen hijauan, luas panen muda, dan luas panen pipilan. 

Luas panen tanaman jagung di lahan sawah dikoreksi dengan besaran konversi galengan. 

Sementara itu, untuk luas panen tanaman jagung di lahan bukan sawah, luas galengan dianggap tidak ada
(tidak dikoreksi dengan besaran konversi galengan). (*)

Sumber: Tribun Ambon
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved