Info Terkini
Teror Kepala Babi di Kantor Tempo, Ahli Pers Maluku Sebut Itu Intimidasi dan Kebodohan
Sebuah paket berisi kepala babi, dengan kedua telinga terpotong, dikirimkan kepada salah satu jurnalis Tempo, FCR.
Penulis: Jenderal Louis MR | Editor: Fandi Wattimena
"Seharusnya, orang yang mengirim kepala babi itu mendingan kirim sate kambing atau apa begitu biar bisa dimakan saat berbuka puasa. Daripada kirim kepala babi yang tidak bisa diolah, karena kita justru bukan takut, tapi kita menertawai kebodohan orang yang mengirim itu," jelasnya.
Dewan Pers telah mengeluarkan pernyataan keras, mengecam tindakan ini dan menyerukan perlindungan bagi jurnalis.
Insiden ini menjadi pengingat bahwa kebebasan pers di Indonesia masih rentan dan terus menghadapi ancaman.
Namun, baginya teror itu tidak akan membuat pers mundur selangkah pun dalam menyampaikan fakta kepada publik.
"Siapa pun dia, atas nama siapa pun, pasti saja sangat bodoh. Mau nakut-nakutin pers dengan cara apa pun, pers tidak akan pernah takut karena menyampaikan fakta kebenaran, kepentingan publik di atas segala-galanya, itu kan fondasi utama kerja pers," pungkas Insany.
Teror kepala babi ini bukan hanya serangan terhadap Tempo, tetapi juga serangan terhadap demokrasi dan hak publik untuk mendapatkan informasi yang benar dan akurat.
Ini adalah tantangan serius yang harus dihadapi bersama untuk melindungi kebebasan pers di Indonesia. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.