Ambon Hari Ini
Polemik Angkot vs Maxim di Kota Ambon, Matitaputy: Itu Bukan Masalah Besar
Pengamat ekonomi sekaligus pengajar ekonomi pembangunan di Universitas Pattimura (Unpatti) menjelaskan, permintaan transportasi darat cukup tinggi di
Penulis: Riski Risma | Editor: Fandi Wattimena
Laporan Wartawan TribunAmbon.com Riski Risma
AMBON,TRIBUNAMBON.COM - Santer perdebatan Angkot vs Maxim di Kota Ambon pasca aksi protes para sopir yang berujung rencana pencabutan izin operasional oleh Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Maluku, Muhammad Malawat, Senin, (30/9/2024).
Aksi lepas stiker maxim karena khawatir ada pencegatan memperpanjang perdebatan.
Oleh Izaac Tonny Matitaputy, situasi itu malah dinilai bukan persoalan besar.
Pengamat ekonomi sekaligus pengajar ekonomi pembangunan di Universitas Pattimura (Unpatti) itu menjelaskan, permintaan transportasi darat cukup tinggi di kota berjuluk manise ini.
Kompetisi makin terbuka, baik angkot, bus, transportasi online hingga ojek konvensional.
Namun menurutnya, antara transportasi online dengan konvensional memiliki target pasar berbeda.
Keduanya pun tetap dibutuhkan pengguna layanan.
"Masalahnya tidak ada sebenarnya, masing masing orang membuatkan kenyamanan dan resiko dengan pilihannya," kata akademisi yang pernah menjabat sebagai Ketua Lembaga Pengkajian dan Penelitian Ekonomi (LPPE) Unpatti itu kepada TribunAmbon.com.

Baca juga: Soal Rencana Dishub Bekukan Maxim, Driver: Kami Juga Bisa Demo Tapi Kejar Orderan Lebih Menjanjikan
Baca juga: Maxim Sebut Rencana Pelarangan Beroperasi di Ambon Tindakan Ilegal
Lanjutnya, angkot target konsumen menengah ke bawah, berbeda dengan transportasi online yang menargetkan pengguna layanan menengah ke atas.
Setiap pengguna layanan pun punya alasan atas pilihannya, jika kepentingannya hanya agar sampai ketujuan maka ia lebih memilih angkot.
Sedangkan jika kecenderungan ingin nyaman, maka transportasi online pasti jadi pilihan.
"Ada selera konsumen, namanya konsumen behavior. Selera dipengaruhi pendapatan yang sudah bagus, kalau pendapatannya sudah bagus tentu dia memilih kendaraan yg lebih nyaman untuk dia, tapi jika pendapatan kita kecil maka kenyamanan kita hiraukan," tuturnya.
"Jika penumpang memilih pake online, itu pilihan untuk nyaman, tidak berkeringat, tidak duduk berdempetan. Dan ketika menggunakan angkot itu juga pilihan dengan harga yang terjangkau," imbuhnya.
Izaac sendiri adalah pengguna angkot, dan menyarankan agar para sopir memperbaiki layanan.
"Dia harus memperbaiki mana yg kurang di transportasinya, sehingga membuat nyaman penumpang, mungkin dia membina supirnya, jangan ugal-ugalan, jangan putar musik terlalu besar, kemudian bawa penumpang harusnya sampai tempat tujuan, bukan stop dan dilanjutkan penumpang mencari angkot berikutnya," sarannya.
Izaac juga berharap pelaku usaha baik angkot maupun driver online tuk saling mendukung satu sama lain.
Pemerintah pun diminta untuk mendudukan persoalan tersebut secara baik untuk mendapatkan solusi bersama, bukan malah mengeluarkan pernyataan untuk membekukan izin salah satu transportasi.
"Tidak boleh membuat kebijakan seperti itu, semua orang punya kesempatan untuk berusaha di negara ini, kalau ditutup siapa yg kasi makan keluarganya, berapa banyak keluarganya, posisi supir mobil online sama dengan supir angkot, sama sama mencari nafkah," tandasnya. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.