Dokter Sebut Maluku Tengah Sulit Maju Jika Angka Stunting Meningkat

Praktisi kesehatan, dr. Meliana Kusuma menyebut Maluku Tengah sulit maju jika semakin banyak angka prevalensi stunting.

Penulis: Lukman Mukadar | Editor: Salama Picalouhata
Lukman
dr. Meliana Kusuma saat diwawancara di Masohi, Sabtu (21/10/2023). 

Laporan Kontributor TribunAmbon.com, Lukman Mukaddar

MASOHI, TRIBUNAMBON.COM - Praktisi kesehatan, dr. Meliana Kusuma menyebut Maluku Tengah sulit maju jika semakin banyak angka prevalensi stunting.

"Semakin banyak stunting maka semakin sulit kita untuk membangun negeri/daerah dan Maluku pada umumnya," kata dr. Meliana Kusuma kepada TribunAmbon.com usai memberikan materi pada Workshop Masohi Clinical Update di Masohi, Sabtu (21/10/2023).

Baca juga: Balita Stunting di Maluku Tengah Meningkat, Kini di Angka 2.046 Penderita

Dijelaskan, stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak usia di bawah lima tahun (balita) akibat kekurangan gizi kronis, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak memadai. 

"Ini terjadi terutama dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yakni mulai janin hingga anak berusia dua tahun," jelas Kusuma.

Lanjutnya, bicara ancaman stunting sangat nyata.

Dimana, dampaknya mulai gangguan kesehatan fisik dan pertumbuhan, juga membuat lemah sistem kekebalan tubuh bahkan kesehatan jiwa dan perkembangan otak.

Sehingga tingkat kecerdasan anak berpotensi di bawah rata-rata. Ujungnya, tingkat produktivitas Sumber Daya Manusia (SDM) menurun. 

Karena itu, apabila tidak diturunkan, cepat atau lambat akan menghambat pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kemiskinan dan memperlebar ketimpangan sosial serta memperburuk kualitas politik dan demokrasi. 

"Tanpa SDM sehat jiwa dan raga, proyeksi bonus demografi Indonesia 2030–2035 tinggal angan," terang Kususma.

Untuk itu, dia menekankan bahwa semakin banyak Stunting maka akan semakin sulit untuk sebuah daerah itu akan maju. 

Dengan demikian, hal ini masih.enjadi PR besar bagi Indonesia.

Sebab mengutip hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021, prevalensi Stunting masih ada di angka 24,4 persen atau sekitar 5,33 juta balita menderita Stunting. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved