Info Daerah
Harga Rumput Laut di Maluku Tenggara Anjlok Rp 11 Ribu: Warga Gigit Jari
Per kilo hanya dihargai Rp 11 ribu, turun jauh dari harga sebelumnya sebesar Rp 36 ribu per kilo.
Penulis: Megarivera Renyaan | Editor: Fandi Wattimena
Laporan Kontributor TribunAmbon.com, Megarivera Renyaan
MALRA, TRIBUNAMBON.COM - Pembudidaya Rumput Laut di Ohoi Letvuan kecamatan Hoat Sorbay, Kabupaten Maluku Tenggara (Malra) kini gigit jari menyusul anjlok harga rumput laut kering.
Per kilo hanya dihargai Rp 11 ribu, turun jauh dari harga sebelumnya sebesar Rp 36 ribu per kilo.
"Sekarang harganya 11 ribu," ucap Patrick Refo via pesan singkat WhatsApp kepada Jurnalis TribunAmbon.com, Selasa (3/10/2023).
Dijelaskan, harga per September 2023 Rp 16 ribu dan kembali turun menjadi Rp 11 ribu di pekan ini.
Imbasnya pembudidaya merugi; pendapatan turun tidak sebanding dengan modal yang digelontorkan.
"Jujur kami pusing dan setengah mati (susah) sekali jika diperhadapkan dengan kondisi ini," terangnya.
Dia dan pembudidaya lainnya pun hanya bisa berharap akan perhatian pemerintah daerah.
Baca juga: Cari Signal tuk ANBK, Guru dan Murid SMP Mun Kei Besar Jalan Kaki 1,5 Km Masuk Hutan
Diketahui, Kementerian Koordinasi Bidang kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menetapkan kawasan Malra sebagai salah satu kawasan seaweed estate (Kampung Rumput Laut) pada 24 Agustus tahun 2021.
Ironisnya. Ohoi Letvuan dan Evu merupakan sentra penghasil rumput laut jenis euchema cottoni dengan kualitas terbaik, sehingga didapuk sebagai kawasan seaweed estate atau budidaya rumput laut terintegrasi oleh Pemkab Malra medio 2022 lalu.
Namun fatalnya fenomena permainan harga di tingkat penadah atau cukong menjadi hal biasa bagi masyarakat tentunya mereka tidak bisa berbuat banyak.
Karena desakan kebutuhan ekonomi akhirnya puluhan kilo dilepas walau dengan harganya menyentuh ambang batas bawah. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.