Ambon Terkini

Kisah Revoldy Moenandar, Dokter yang Pernah Jadi Garda Terdepan Tangani Pandemi Covid-19 di Ambon

Seorang dokter muda bernama lengkap Revoldy Moenandar ini mengaku, selama bertugas, enam bulan harus tinggal terpisah dari keluarga di tempat isolasi.

Penulis: Mesya Marasabessy | Editor: Adjeng Hatalea
Courtesy / Revoldy Moenandar
AMBON: dr. Revoldy Moenandar, pria kelahiran Ambon, 16 Mei 1993 menjadi relawan Covid-19 dan bertugas di rumah sakit lapangan BPSDM Maluku. 

Laporan Wartawan TribunAmbon.com, Mesya Marasabess

AMBON, TRIBUNAMBON.COM - Kerap ditemui aksi kemanusiaan sebagai bentuk pengabdian di tengah merebaknya pandemi Covid-19. 

Mulai dari pembagian masker dan hand sanitizer gratis, bantuan sembako, hingga sinergitas warga yang dengan suka rela membantu satu sama lain.

Sejak munculnya kasus pertama di Maret 2021 lalu, Kota Ambon turut menurunkan garda terdepan penanganan Covid-19 itu.

Mereka adalah para Tenaga Kesehatan (Nakes) yang ditugaskan di 12 Fasilitas Kesehatan (Faskes) tersebar di Kota Ambon.

Para Nakes ini siap di-rolling bergantian demi menahan laju penyebaran angka kasus yang saat itu mencapai ribuan.

AMBON: Potret dr. Revoldy Moenandar dalam bis bersama sejumlah relawan tenaga kesehatan lainnya saat menuju rumah sakit lapangan BPSDM Maluku.
AMBON: Potret dr. Revoldy Moenandar dalam bis bersama sejumlah relawan tenaga kesehatan lainnya saat menuju rumah sakit lapangan BPSDM Maluku. (Courtesy / Revoldy Moenandar)

Ketakutan dan tingginya risiko terpapar, tak lalu membuat mereka menepis setiap tugas di lapangan.

Salah satu hal terberat diakui seorang Nakes yang bertugas di rumah sakit lapangan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) adalah menahan rindu untuk tak jumpa keluarga.

Seorang dokter muda bernama lengkap Revoldy Moenandar ini mengaku, selama bertugas, enam bulan harus tinggal terpisah dari keluarga di tempat isolasi.

Hal itu selain menjadi Standar Operating Procedure (SOP), juga sebagai upaya agar keluarga tercintanya tidak terpapar virus dengan salah satu gejala umum kehilangan rasa dan bau itu.

“Sebenarnya bukan hanya karena dilarang keluar dari lokasi karantina, tapi karena saya tahu, saya yang paling kontak erat dengan pasien-pasien penderita Covid-19 jadi saya takut mereka ikut tertular. Akhirnya di awal pandemi, sekitar enam bulan saya tidak pernah ketemu keluarga,” kata Revoldy kepada TribunAmbon.com, Minggu (19/6/2022).

Meski telah mengantongi ijin kedua orangtuanya, mereka tetap khawatir dengan cepatnya virus ini bermutasi.

Pria lulusan Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas Pattimura Ambon itu beranikan diri untuk terjun ke dunia kerja sukarela dengan memberikan pelayanan kesehatan bagi penderita Covid-19.

Mengabdi bagi kemanusiaan bersama rekan Nakes lainnya di lapangan, dibuktikan anak kedua dari pasangan Rury Moenandar dan Geertruyda Tutupary itu dan didukung penuh keluarga, termasuk kakaknya Patrick Moenandar.

Selama pengabdian itu, pria kelahiran Ambon, 16 Mei 1993 ini mengaku banyak kisah dialaminya, baik suka maupun duka.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved