Menuju Pemilu 2024
Pemilu Serentak 2024, Bawaslu Maluku Khawatir Bakal Ada Kekacauan
Ketua Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Maluku, Astuti Usman Marasabessy khawatir akan timbul kekacauan pada Pemilu 2024.
Penulis: M Fahroni Slamet | Editor: Salama Picalouhata
Laporan Wartawan TribunAmbon.com, Ridwan Tuasamu
AMBON, TRIBUNAMBON.COM - Ketua Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Maluku, Astuti Usman Marasabessy khawatir akan timbul kekacauan pada Pemilu Serentak 2024.
Ia menilai, pelaksanaannya akan kisruh karena terdapat sejumlah kendala yang menghambat kelancaran proses pemilu.
Yakni, persoalan logistik menjadi yang tidak maksimal dilaksanakan. Beberapa daerah kekurangan logistik dan distribusi ke setiap tingkatan pelaksana juga terlambat.
"Penyaluran logistik yang terlambat itulah yang memicu kekacauan seperti tahun 2019," kata Astuti kepada TribunAmbon.com, Rabu (12/1/2022).
Apalagi untuk daerah Maluku yang memiliki banyak kepulauan dan akses cukup sulit serta memakan waktu.
Baca juga: NIK Bermasalah Saat Vaksinasi, Warga Ambon Bisa Langsung Lapor Petugas Disdukcapil
Baca juga: Jadi Tersangka, PNS Seram Timur Maluku Bisnis Surat Rapid Antigen Palsu Terancam 6 Tahun Penjara
Marasabessy menyatalkan, Pemilu 2024 yang akan digelar serentak berpotensi menimbulkan beban kerja berlebih pada Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS).
Pekerjaan yang menumpuk mulai dari menunggu distribusi logistik hingga penghitungan suara dapat memakan waktu 24 jam bahkan lebih.
Bahkan untuk wilayah Maluku, 8 petugas KPPS dinyatakan meninggal saat menjalankan tugas.
Untuk itu, Marasabessy berharap distribusi surat suara ke Tempat Pemungutan Suara (TPS) harus diupayakan minimal 7 hari sebelum tanggal pelaksanaan.
Hal itu untuk memberi ruang bagi petugas KPPS menyiapkan teknis di TPS dan lebih memiliki waktu beristirahat.
"Penyaluran logistik jangan besok pemungutan baru datang, itu penyebab petugas kelelahan," tegasnya
Dengan begitu, kejadian pada pemilu 2019 tidak akan terulang lagi di 2024 mendatang.
Berkaca pada Pemilu 2019 lalu, banyak petugas KPPS yang akhirnya meninggal di TPS karena kelelahan berlebih.
Pasalnya surat suara baru mereka terima beberapa jam sebelum pemungutan suara dilakukan.
Pengawas akhirnya kurang tidur dan harus bekerja hingga larut malam untuk menyelesaikan rekapitulasi suara dan menyediakan formulir C1.
Pemilu 2019 pun meninggalkan kisah pilu, mulai dari banyaknya petugas KPPS yang muntah darah hingga terkena serangan stroke di TPS.
Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI melaporkan ratusan orang meninggal dunia dan lebih dari 500 jiwa sakit di seluruh Indonesia. (*)