2 Fakta Terbaru Sampel Sampah Plastik Ambon, Januari 110 Karung di Talake, Awal Februari 300 Truk
Pengerjaan drainase dalam kota harus bongkar dan itu banyak sendimentasi. Misalnya di jalan depan Pelabuhan Yos Sudarso saja katong (kita) angkut
Laporan Wartawan TribunAmbon.com: Helmy Tasijawa dan Mesya Marasabessy
AMBON, TRIBUNAMBON.COM - Laiknya kota-kota urban di Indonesia, sampah plastik di Kota Ambon, mulai jadi pemicu menurunya mutu ekosistem laut di Teluk Ambon.
Keyword sampah, juga kembali ramai diperbincangkan netizen di Ambon, menyusul sebuah bangku taman di Jl Ian Paais, Kecamatan Sirimau malah berubah menjadi tempat sampah.
Dari pantauan TribunAmbon.com, Selasa (9/2/2021) siang, bagian dalam bangku taman berbahan metal dan dicat putih itu dipenuhi sampah plastik sisa bungkus makanan dan minuman.
Padahal dari kejauhan, bangku yang baru diadakan oleh Dinas Pekerjaan Umum Kota Ambon Desember 2020 itu tampak menarik menghiasi trotoar jalanan.
Baca juga: Bangku Taman Jadi Tempat Sampah, Ramai Diperbincangkan di Media Sosial
Baca juga: Berkurang 10 Ton, Jumlah Sampah di Kota Ambon 163,2 Ton Perhari Selama Pandemi
Berikut ini TribunAmbon.com, coba menghimpun dua fakta aktual perihal salah satu sumber pencemar lingkungan di kota berjuluk Ambon Manise ini.
1. Fakta Pertama, 23 Januari 2021
Di akhir Januari 2021 lalu, sekelompok penyelam di ibu kota provinsi berpenduduk 390 ribu jiwa ini, memungut setidaknya 110 karung sampah plastik dan un-organic dari Pantai Talake.
“Hanya dalam dua jam, kita kumpul 110 karung sampah dari dasar Pantai Talake. Sampah plastik terbanyak, menyusul sampah rumah tangga,” kata Ketua Nusaniwe Diving Community, Ceisar Riupassa kepada TribunAmbon.com, Sabtu (23/1/2021) siang.
Dengan raut muka sedih, Riupassa menjelaskan; sampah pungutan divers itu terhitung banyak.
Ini mengingat luasan area penyelaman sebatas radius 20 meter dari bibir pantai dengan kedalaman 1 sampai 17 meter.
Sebagian besar sampah tersangkut di karang dan sebagian lainnya terseret di dasar pantai.
Diakuinya, dasar laut Teluk Ambon bagian luar cukup kotor akibat sampah dari darat.

2. Fakta Kedua; 3 Februari 2021
Fakta ini diungkap Kepala Seksi Perencanaan Cipta Karya Dinas PUPR Provinsi Maluku, Linley Jerry Pattinama kepada TribunAmbon.com, pekan lalu.
Fakta ini terungkap saat pejabat otoritas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat level provinsi ini, menjelaskan proyek revitalisasi saluran pembuangan (drainase) bawah tanah di kawasan Nol Kilometer Kota Ambon.
“Pengerjaan drainase dalam kota harus bongkar dan itu banyak sendimentasi. Misalnya di jalan depan Pelabuhan Yos Sudarso saja katong (kita) sampai angkat hampir 300 ret truk sampah,” ujarnya.
Sampah unrganik itu sudah menumpuk menjadi sendimentasi keras selama belasan hingga puluhan tahun.
Dia menjelaskan, sendimentasi yang mereka temui biasanya bersumber dari sampah platik rumah tangga, pembangunan gedung, pengerukan, pembuangan saluran rumah tangga atau pun saluran pembuangan restoran, hotel yang tidak semestinya.
Dampak langsungnya, tambah dia, saat hujan reda, jalan depan pelabuhan sering tergenang dengan durasi yang cukup lama.
Warga sekitar pun mengakui jika saluran got atau drainase di kawasan itu sudah sangat lama tidak dikeruk.
“Menurut sumber yang tinggal disitu hampir 30 tahun tidak pernah ada maintenance,” jelasnya singkat.
Sekadar diketahui, jawatan infrastruktur dan tata ruang Provinsi Maluku, menargetkan proyek revitalisasi infrastruktur di Ambon, ibu kota Provinsi Maluku, rampung akhir Maret 2021 mendatang.
Proyek revitalisasi jalan dan infrastruktur penunjang strategis total menelan biaya Rp49,2 Miliar.
Proyek ditarget rampung media Maret 2021 mendatang.
Merujuk data dari Dinas PUPR Maluku, setidaknya ada 9 paket pengerjaan dengan total panjang 5,09 km. (*)