Pemdes Wayame Sebut Pengepungan Mes Mahasiswa Papua di Ambon Hoaks
Pemerintah Desa Wayame sebutkan pengepungan mes mahasiswa Papua di Ambon adalah informasi yang tidak benar atau hoaks
Laporan Kontributor TribunAmbon.com, Helmy
TRIBUNAMBON.COM, AMBON - Pemerintah Desa Wayame sebutkan pengepungan mes mahasiswa Papua di Ambon adalah informasi yang tidak benar atau hoaks.
Kabar bohong itu diklaim sengaja dimainkan oknum tidak bertanggungjawab.
Demikian disampaikan Sekretaris Desa Wayame Erwin Lethulur kepada wartawan di Kantor Desa Wayame, Rabu (2/12/20).
Dia mengatakan, informasi telah terjadi pengepungan mes mahasiswa Papua yang berlokasi di BTN Wayame Blok 4 RT 011 RW 06 Desa Wayame Kec Teluk Ambon Kota Ambon adalah informasi yang tidak benar.
Baca juga: Bantah Lakukan Pengepungan Mes Papua di Ambon, Kodam : Hanya Ada Babinkamtibmas dan Babinsa
"Jadi informasi yang di posting melalui akun media sosial telah terjadi pengepungan pada mes Papua di Wayame itu hoaks," ujarnya.
Tonton Juga :
Pada saat kejadian di mes Papua, pihaknya selaku Sekretaris Desa Wayame datang untuk melakukan pengamanan karena mahasiswa Papua menyatakan telah terjadi penyerangan oleh aparat TNI, Polri dan masyarakat Desa wayame.
Padahal, lanjut dia, kehadiran TNI, Polri dan masyarakat Desa Wayame untuk membantu mereka dalam mengamankan mes Papua tersebut.
Baca juga: Bantah Tudingan Penyerangan Mes Papua di Ambon, Ini Penjelasan Polda Maluku
"Pada malam kejadian kedatangan TNI, Polri dan masyarakat untuk mengecek tamu yang ada pada mes Papua, namun ditolak oleh mereka sehingga terjadi perdebatan antara masyarakat dan mahasiswa Papua," paparnya.
Dia mengakui, keberadaan mahasiswa Papua telah meresahkan masyarakat, karena sampai saat ini mahasiswa Papua tidak pernah melaporkan diri pada RT maupun Desa Wayame.
Yakni tentang kehadiran mereka tinggal di desa tersebut.
"Harusnya mereka memberikan laporan kepada RT maupun Desa Wayame agar, diketahui keberadaan mereka di Wayame dalam rangka apa," ketusnya.
Toleransi Tinggi
Dia mengakui, Desa Wayame memiliki tingkat toleransi yang sangat tinggi, sehingga kehidupan masyarakat sangat baik.
"Selama ini, kehidupan masyarakat sangat baik, kalau ada yang menyatakan, ada yang tidak sesuai kami langsung amankan, agar tidak terjadi masalah yang lebih besar," ketusnya.
Pihaknya menambahkan, kehadiran dosen pada saat kejadian bukan sebagai dosen namun, kapasitas sebagai sekretaris RT bukan sebagai dosen.
Baca juga: Asrama Mahasiswa Papua di Ambon Dilempari Batu, Mahasiswa: Kami Bukan Teroris atau Kriminal
"Dosen yang disebut hadir pada saat kejadian merupakan sekretaris RT untuk mengamankan situasi pada malam kejadian," tegasnya.
Seorang dosen yang hadir dalam kejadian tersebut menyatakan, kehadiran pihaknya selaku sekretaris RT bukan, sebagai dosen untuk mengamakan situasi Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Kamtibmas).
Hal itu dikarenakan ada suasana yang tidak kondusif di sekitar lingkungannya.
"Selaku sekretaris desa saya merasa dirugikan dengan pemberitaan bahwa saya dosen padahal, kapasitas saya sebagai sekretaris desa yang hadir untuk mengamankan situasi masyarakat pada lokasi," ungkapnya.
Pihaknya mengamankan masyarakat agar, tidak terprovokasi dan dapat mengacaukan kehidupan masyarakat setempat.
"Saya mencoba meredam kata-kata yang dapat memicu dan memprovokasi sehingga, keamanan terganggu," paparnya.
Sebelumnya, Natan Weya seorang mahasiswa Papua asal Fakultas Ekonomi Universitas Pattimura kepada TribunAmbon.com mengaku sejumlah kelompok masyarakat tidak dikenal melakukan aksi pelemparan pada Selasa (1/12/2020) pukul 03:25 WIT di Asrama Mahasiswa Papua.
Asrama itu bertempat di BTN Wayame Blok 4 RT 011 RW 06 Desa Wayame Kec Teluk Ambon Kota Ambon.
Masih belum diketahui motif dari aksi pelemparan tersebut, namun diduga pelemparan ini sebagai bentuk penolakan sekelompok warga yang tidak setuju mahasiswa Papua melakukan aksi unjuk rasa memperingati HUT Papua Merdeka.
Weya menyebutkan adanya indikasi campur tangan TNI-Polri pada aksi pelemparan tersebut.
Pasalnya selama sejauh ini hubungan emosional mahasiwa Papua dengan masyarakat sekitar terjalin baik dan tidak pernah ada permusuhan.
Hal berbeda terjadi tepat sehari sebelum aksi mahasiswa Papua akan lakukan aksi 1 Desember peringati Hut Papua Merdeka.
"Setelah itu pukul pukul 03:25 WIT dini hari asrama kami dilempar kelompok warga tidak dikenal, ada indikasi ada permainan TNI-POLRI pada aksi pelemparan tersebut" ungkapnya.
Indikasi Pelanggaran HAM
Sementara itu, Ketua Komnas HAM Indonesia Perwakilan Maluku Benedictus Sarkol saat menemui Mahasiswa Papua mengatakan dari hasil pertemuan yang dilakukan, Komnas HAM menyatakan belum ada pelanggaran HAM namun ada indikasi pelanggaran ham.
"Secara profesional Komnas HAM menyatakan sejauh ini belum ada pelanggaran ham yang terjadi, namun ada indikasi pelanggaran ham dalam kasus ini" ungkapnya.
Dia menjelaskan sedang berupaya mengambil langkah mediasi untuk mempertemukan Mahasiswa Papua, Perwakilan warga Wayame dan perwakilan TNI-Polri untuk mencari titik terang sumber dari permasalahan tersebut.
"Kita berupaya ambil langkah mediasi untuk mempertemukan mereka, biar masalah ini bisa kita semua temui titik terang dan akar permasalahannya" tutupnya.
(*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/ambon/foto/bank/originals/mahasiswa-papua-asrama-wayame-kota-ambon.jpg)