Jalan Rusak

Jalan Kairatu-Honitetu Rusak Parah Akibat Banjir, Warga Tanam Pohon Pisang sebagai Bentuk Protes

Akibatnya, satu-satunya akses penghubung antara Kecamatan Kairatu dan Kecamatan Inamosol ini mengalami kerusakan parah

Penulis: Jenderal Louis MR | Editor: Fandi Wattimena
Sumber; Istimewa
JALAN RUSAK - Tampak kerusakan jalan Kairatu-Honitetu, Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB), warga tanam pohon pisang sebagai bentuk protes, Selasa (8/7/2025). 

Laporan Wartawan TribunAmbon.com, Jenderal Louis

TRIBUNAMBON.COM - Luapan banjir dari Kali Tuba di Dusun Sokowati, Desa Honitetu, Kecamatan Inamosol, kembali merendam ruas jalan Kairatu-Honitetu, Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) pada Senin (7/7/2025).

Akibatnya, satu-satunya akses penghubung antara Kecamatan Kairatu dan Kecamatan Inamosol ini mengalami kerusakan parah di sepanjang ruas jalan Kilometer 10 hingga 12.

Sebagai bentuk kekecewaan terhadap pemerintah daerah yang dinilai lamban dan tidak responsif, masyarakat setempat langsung turun tangan melakukan gotong royong untuk memperbaiki kerusakan, Selasa (8/7/2025).

Mereka bahkan menanam pohon pisang dan satu pohon kelapa di sepanjang ruas jalan yang terdampak.

Total delapan anakan pohon pisang dan satu anakan pohon kelapa ditanam di lokasi tersebut. 

Aksi ini menjadi simbol protes masyarakat, mengingat ruas jalan Kairatu-Honitetu merupakan satu-satunya jalan provinsi di Kabupaten SBB.

Baca juga: Kasus Korupsi di MTs. Negeri Ambon, Dua Pemilik Usaha Diperiksa Kejari Ambon

Baca juga: Beras Eceran di Pasar Binaiya Masohi Melebihi HET, Pemda Bakal Tertibkan Distributor 

Robi Archi Yawate (37), seorang tokoh pemuda setempat, menjelaskan bahwa kerusakan jalan ini sangat menghambat aktivitas warga. 

"Awalnya itu mobil truk mau antar molen milik panitia pembangunan gedung gereja baru, tapi jalan hancur dan tidak bisa lewat," ujarnya saat dihubungi TribunAmbon.com, Selasa (8/7/2025).

Melihat kondisi tersebut, seluruh tenaga laki-laki dalam jemaat langsung diarahkan untuk memperbaiki titik jalan yang rusak. 

Sekitar 40 orang terlibat dalam perbaikan jalan ini. 

"Sambil memperbaiki, ada beberapa warga jemaat yang sudah menanam anakan pohon pisang dan pohon kelapa," tambah Robi.

Robi mengungkapkan kekecewaan masyarakat terhadap pemerintah.

"Kami protes karena pemerintah lambat dalam melihat persoalan jalan rusak di Kecamatan Inamosol, terlebih khusus jalan Kairatu-Honitetu yang merupakan status jalan provinsi," tegasnya.

Ia menambahkan bahwa kerusakan jalan ini bukan kali pertama terjadi. 

Sebelumnya, sekitar tahun 2020-2022, sempat ada pembangunan talud penahan bahu jalan dan penimbunan sirtu di bagian bawah lokasi penanaman pohon pisang. 

Namun, akibat banjir, semuanya kembali rusak dan air meluap hingga ke jalan. Kerusakan jalan diperkirakan mencapai hampir satu kilometer.

Masyarakat menuntut agar pemerintah Provinsi Maluku segera memperbaiki jalan yang rusak tersebut. 

Robi mengancam bahwa jika tidak ada perbaikan, masyarakat akan kembali melakukan aksi protes.

Untuk sementara, pohon pisang yang sempat ditanam sudah dicabut agar mobil dapat melintas. 

Hal ini karena bertepatan dengan adanya kegiatan para pendeta dan bendahara jemaat se-Klasis Kairatu di Jemaat GPM Imabatai.

Namun, Robi khawatir bahwa hujan deras yang masih mengguyur saat ini akan kembali merusak jalan yang baru saja diperbaiki.

Terpisah dari itu, Alvin Pier Nahady, Fungsionaris DPD KNPI Provinsi Maluku, turut menyoroti kondisi jalan ini. 

Menurutnya, ruas jalan Kairatu-Honitetu memiliki nilai historis yang tinggi. 

"Ruas jalan Kairatu-Honitetu adalah jalan yang memiliki nilai historis, karena jalan ini adalah saksi bisu sistem kerja paksa di zaman kolonialisme," ungkap Alvin.

Ia menekankan bahwa jalan ini seharusnya menjadi perhatian khusus pemerintah provinsi, mengingat keberadaannya sudah ada sejak sebelum Indonesia merdeka dan merupakan akses utama masyarakat Inamosol.

"Upaya yang dilakukan masyarakat untuk memperbaiki jalan rusak dan berlubang serta menanam pohon pisang adalah bentuk kekecewaan mendalam terhadap pemerintah daerah yang terkesan tutup mata dengan kondisi tersebut," tambahnya.

Selain itu, Alvin juga mendesak Balai Wilayah Sungai Maluku agar secepatnya melakukan normalisasi Kali Waituba dan Bendung Kairatu

Hal ini penting agar sedimen pasir dan lumpur tidak mengendap dan menghalangi aliran sungai. 

Ia memperingatkan, jika hal ini tidak segera ditindaklanjuti, akses ke Kecamatan Inamosol bisa terputus, dan aktivitas pemerintahan serta pendidikan di Kecamatan Inamosol juga akan terganggu. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved