Gaji Tak Dibayar

Unpatti Menuju World Class University: Kampus Elit, THR Sulit

Di balik gemerlap visi kampus elit, seorang pegawai PSDKU Unpatti di Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD), IAS, justru menjerit pilu. Hak-haknya dirampas

Penulis: Jenderal Louis MR | Editor: Fandi Wattimena
TribunAmbon.com
AMBON: Universitas Pattimura 

Laporan Wartawan TribunAmbon.com, Jenderal Louis

AMBON, TRIBUNAMBON.COM - Ironi Universitas Pattimura (Unpatti) yang tengah berambisi mengejar status World Class University. 

Di balik gemerlap visi kampus elit, seorang pegawai PSDKU Unpatti di Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD), IAS, justru menjerit pilu. Hak-haknya dirampas, gaji dan uang makan dua bulan raib, THR pun lenyap ditelan defisit anggaran.

Tiga tahun mengabdi, tiga anak menanti nafkah, namun IAS hanya mendapati kekecewaan. 

Gaji pokok Rp 1.8 juta dan uang makan Rp 350 ribu per bulan, yang seharusnya menjadi haknya, kini hanya menjadi mimpi di siang bolong. 

IAS, yang bekerja berdasarkan SK Rektor Unpatti sejak 2022, merasa diperlakukan tidak adil.

"Mulai tahun 2022 - 2024 dengan SK rektor UNPATTI dengan gaji 1.800.000, uang makan 350 ribu," ungkap IAS dengan nada getir, kepada TribunAmbon.com, Sabtu (15/3/2025).

Masalah bermula ketika IAS harus pulang ke Ambon pada Januari 2025 karena orang tuanya sakit. 

Ia telah meminta izin dan melapor kepada pimpinan PSDKU Unpatti, Prof. Watloly. 

Baca juga: Pegawai PSDKU Unpatti MBD Keluhkan Gaji dan THR Tak Dibayar, Padahal Sudah 3 Tahun Mengabdi

Baca juga: Buaya 2,40 Meter di Unpatti Akhirnya Berhasil Dievakuasi BKSDA Maluku

Namun, badai cuaca menghantam, kapal cepat tertahan di Pulau Damer selama dua minggu, dan IAS baru bisa kembali ke Moa pada 17 Februari dan kembali bekerja pada 20 Februari.

Namun, alih-alih mendapat empati, IAS justru ditampar kenyataan pahit. 

Gaji dan uang makannya untuk Januari dan Februari dipangkas, THR pun raib dengan alasan defisit anggaran. 

Dalih kehadiran di bawah 75 persen pun dilontarkan, seolah-olah IAS sengaja mangkir dari kewajibannya.

"Saya sudah menjelaskan kondisi saya kepada pihak kampus, bahwa keterlambatan saya kembali ke Moa karena faktor cuaca buruk. Saya juga sudah melapor dan meminta izin. Namun, mereka tetap berpegang pada aturan kehadiran," tutur IAS.

Di tengah gembar-gembor Unpatti menuju World Class University, nasib IAS dan keluarganya terkatung-katung. 

Tiga anak kecil menanti sesuap nasi, sementara kampus elit itu sibuk mengurus citra.

"Saya sangat berharap pihak kampus bisa memahami situasi saya. Saya memiliki tiga anak yang masih kecil dan membutuhkan biaya hidup. Saya hanya ingin hak saya sebagai pegawai bisa dipenuhi," harapnya pupus. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved