Ramadan 2025
Intip Pembuatan'Bubur Ne' Alias Sagu Mutiara, si Paling Primadona di Bulan Ramadan
Sagu mutiara atau dalam dialek Maluku disebut 'Bubur Ne' merupakan bahan makanan khas Provinsi Maluku.
Penulis: Silmi Sirati Suailo | Editor: Salama Picalouhata
Laporan Kontributor TribunAmbon.com, Silmi Sirati Suailo
TRIBUNAMBON.COM - Sagu mutiara atau dalam dialek Maluku disebut 'Bubur Ne' merupakan bahan makanan khas Provinsi Maluku.
Jenis makanan berbahan dasar tepung sagu ini jadi primadona di pasaran, apalagi selama bulan suci Ramadan.
Kepada TribunAmbon.com, Minggu (2/3/2025), seorang ibu rumah tangga dari Waewalata, Maluku Tengah, Mama Tima (51) menjelaskan proses pengolahannya cukup lama.
Proses pembuatannya cukup memakan waktu alias 'lastek' dalam dialek Ambon.
"Makanya orang tua-tua dolo bilang jang makan sagu buang-buang, ke sengsara waliu," ucap Mama Tima.
Dijelaskan, proses awalnya dimulai dari tepung sagu mentah diayak dua hingga tiga kali hingga menghasilkan tekstur tepung sagu yang halus dan lembut.
Usai diayak, tepung sagu kemudian dimasukan ke dalam karung yang tertutup kemudian digoyangkan ke arah kanan dan kiri.
Proses penggoyangan atau dalam bahasa lokal 'Lekae' tadi akan membentuk butiran sagu mutiara. Disarankan, dua orang melakukan proses ini.
"Kurang lebih 20 menit proses itu (penggoyangan), baru tepung sagu tadi bisa jadi butiran bulat kecil," jelas ibu tujuh orang anak itu.
Butiran bubur ne itu masih melewati tahap penyaringan dengan pengayak khusus atau 'tapis-tapis' sagu.
Tepung sagu yang telah membentuk butiran, selanjutnya akan disangrai di wajan bersuhu tinggi hingga padat dan matang.
Proses akhirnya, butiran 'bubur ne' tersebut melalui proses penjemuran hingga 'bubur ne' siap diolah menjadi berbagai jenis makanan.
"Bubur ne ini bisa diolah jadi kolak campur pisang, atau bisa juga campur dengan kacang hijau. Di beberapa sajian hajatan, akang (bubur ne) bisa dibuat jadi kudapan manis," tutup Mama Tima. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.