Gempa Maluku

Hari Ini dalam Sejarah: Dahsyatnya Tsunami di Ambon 351 Tahun Silam, Ribuan Jiwa Melayang

Gempa bumi mengguncang Ambon dan sekitarnya pada 17 Februari 1674 antara pukul 19.30-20.00 waktu setempat.

Pinterest
TSUNAMI - Ilustrasi tsunami. Ambon pernah dilanda tsunami pada 351 tahun yang lalu. 

TRIBUNAMBON.COM - Gempa bumi mengguncang Ambon dan sekitarnya pada 17 Februari 1674 antara pukul 19.30-20.00 waktu setempat.

Gempa tersebut diikuti gelombang tsunami setinggi 80 meter. 

Akibat kejadian tersebut, sekitar 2.500 orang dilaporkan tewas dalam bencana ini.

Peristiwa ini merupakan salah satu bencana tsunami paling mematikan di Indonesia.

Tsunami terjadi malam hari

Mengutip situs resmi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), (17/2/2020), dijelaskan bahwa gempa bumi mengguncang Ambon dan sekitarnya pada 17 Februari 1674 antara pukul 19.30-20.00 waktu setempat.

Saat itu, di wilayah Ambon sedang bertepatan dengan suasana perayaan Tahun Baru China yang berlangsung cukup meriah di sekitar pasar.

Guncangan yang sangat kuat ini melanda seluruh Pulau Ambon dan pulau-pulau sekitarnya.

Menurut catatan seorang ilmuwan Eropa yang pernah tinggal di Ambon, Georg Everhard Rumphius (1627-1702), dia mencatat korban tewas akibat gempa bumi mencapai 86 orang.

Korban tewas tertimpa bangunan

Korban-korban ini meninggal karena tertimpa runtuhan bangunan dan rumah-rumah yang terbuat dari batu.

"Gempa pertama kali dirasakan dengan guncangan dahsyat dari dalam tanah di Ambon. Bangunan beserta rumah-rumah runtuh dan menjadi puing-puing," tulis Rumhius dalam laporannya dikutip National Geographic, (16/9/2021).

"Seluruh Provinsi, yaitu Leytimor, Hitu, Nusatelo, Seram, Buru, Manipa, Amblau, Kelang, Bonoa, Honimoa, Nusalaut, Oma dan tempat-tempat lain yang berdekatan, mengalami guncangan yang begitu mengerikan sehingga kebanyakan orang yakin bahwa Hari Kiamat telah tiba," tulisnya.

Sementara, Badan Perdamaian Dunia (UNESCO) menuliskan, di Leitimor dan Semenanjung Hitu, terjadi tanah retak di banyak tempat dan ada banyak longsoran, yang sangat kuat di Wawani dan Pegunungan Manuzau.

Tsunami puluhan meter datang

Rumhius mencatat, segera sesudah terjadi gempa bumi gelombang pasang terjadi di seluruh pesisir Pulau Ambon.

Gelombang tersebut datang dan menarik mundur apa yang ada di pesisir pantai sebanyak tiga kali.

Pesisir Utara di Semenanjung Hitu menderita kerusakan yang paling parah, terutama di daerah Ceyt di antara Negeri Lima dan Hile.

Di wilayah ini air naik setinggi 40-50 toises atau sekitar 70-90 meter.

"Pantai timur Sungai Waytomme terbelah dan air menyembur, setinggi 18 hingga 20 kaki, melemparkan pasir berlumpur biru yang diyakini kebanyakan orang hanya dapat ditemukan pada kedalaman 2 hingga 3 depa (3,6 sampai 5,4 meter)," ungkap Rumhius. 

Rumphius menjadi salah satu saksi bencana besar yang melanda Ambon masa itu. Korban gempa dan tsunami tercatat diperkirakan mencapai lebih dari 2.500 jiwa, termasuk istri dan anak Rumphius. Ia mengungkapkan, mega tsunami yang super besar itu hanya diamati di pantai utara Pulau Ambon.

Suara dentuman bertubi-tubi Rumhius menyebutkan, apa yang terjadi pada saat itu memang mencekam dan serba kacau.

Semua orang berlari ke tempat yang lebih tinggi untuk menyelamatkan diri, di mana mereka bertemu dengan Gubernur dan kompi besar.

Orang-orang itu mulai memimpin majelis dalam doa di bawah langit yang cerah, berharap ada keajaiban datang untuk menyelamatkannya.

Mereka juga terus mendengar dentuman seperti tembakan meriam yang jauh.  

Sebagian besar terdengar daru Utara dan Barat Laut, yang menunjukkan kemungkinan beberapa gunung meletus atau erupsi.

Ia juga menceritakan bagaimana kerusakan yang dialami di sejumlah wilayah pasca-bencana kuat melanda dalam waktu berdekatan.

"Kerusakan yang dialami terus diberitakan dari tempat ke tempat. Kurang lebih bencana besar ini telah menyebabkan kematian lebih dari 2.243 jiwa masyarakat pribumi dan di antaranya mencakup 31 orang Eropa, dengan total mencapai 2.322 jiwa," Rumphius menutup laporannya.

Catatan sang ilmuwan ini merupakan sebagian dari catatan sejarah gempa dan tsunami terkait bencana rapid onset yang pernah terjadi dan paling mematikan di Maluku serta sekitarnya.

(Kompas.com / Retia Kartika Dewi / Rizal Setyo Nugroho)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved