Maluku Terkini
Warga Kaitetu Tutup Atap Masjid Wapaue, Masjid Tertua di Maluku
Acara ritual dimulai sejak pagi hari dengan serangkaian prosesi adat, seperti doa bersama di Baileo (rumah adat).
Penulis: Mesya Marasabessy | Editor: Salama Picalouhata
Laporan Wartawan TribunAmbon.com, Mesya Marasabessy
AMBON, TRIBUNAMBON.COM - Warga Negeri Kaitetu, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah (Malteng), Provinsi Maluku, melakukan acara ritual adat pemasangan ahapoput (atap pamali) Mesjid Tua Wapaue, Rabu (8/1/2025).
Pemasangan atap salah satu masjid tertua di Indonesia ini berlangsung sakral.
Acara ritual dimulai sejak pagi hari dengan serangkaian prosesi adat, seperti doa bersama di Baileo (rumah adat) dilanjutkan dengan serah terima Ahapoput di rumah pusaka Hatuwe.
Yang mengambil ahapoput adalah warga Kaitetu yang dalam prosesinya berada di dalam sebuah kora-kora/arumbai atau dalam bahasa negeri setempat disebut Palutu.
Kisah ini menceritakan tentang perjalanan masyarakat Kaitetu yang awalnya bermukim di gunung dan turun ke pesisir pantai, kemudian mendayung menggunakan palutu ke tanjung Kaitetu untuk sama-sama mengerjakan Masjid yang dibangun pada tahun 1414 itu.
Setelah ahapoput diterima, rombongan warga yang berada di dalam palutu kemudian berjalan menuju lokasi Masjid untuk pemasangan atap pamali oleh Raja Kaitetu dan tukang 12 (perangkat masjid).
Pelaksanaannya diiringi Cakalele atau tarian perang asal Maluku.
Rombongan palutu bersama ahapoput dikawal dua orang kapitan yakni kapitan Hatuwe dan kapitan Laing.
"Usia dari ahapoput bisa bertahan puluhan hingga ratusan tahun. Makanya kita sangat bersyukur masih bertemu dengan prosesi ini sebab kita tidak tahu bisa hidup sampai kapan. Inilah sejarah yang kita rawat untuk setiap generasi di Kaitetu," kata Raja Negeri Kaitetu, M. Armin Lumaela.
Raja Lumaela mengaku, ada perasaan emosi, sedih, campur aduk menjadi satu dari prosesi ritual adat ini.
Tapi itulah yang harus dilakukan sebagai salah satu cara dalam merawat adat dan tradisi di Kaitetu.
"Meski pengerjaannya tidak sesempurna seperti awal Masjid ini dibangun, tapi kita mencoba untuk terus merawat tradisi ini untuk generasi penerus," ujarnya.
Dikatakan, pengerjaan Masjid Tua Wapaue tidak hanya menjadi bagian dari masyarakat Kaitetu sendiri, tapi juga masyarakat lainnya di wilayah Leihitu.
"Seperti tadi ada juga Raja dari Negeri Seith dan Negeri Lima. Karena menurut catatan sejarah, kita tiga negeri ini bersaudara adik kakak. Ada juga dari saudara kita non muslim dari Hila Tanah Putih, yang datang membawa atap sebagai persembahan mereka ke Kaitetu," tuturnya.
Ia menambahkan, sangat bersyukur karena mulai dari pembongkaran hingga penutupan atap masjid, kegiatan ritual adat berjalan aman dan lancar.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.