Maluku Legend
5 Dekade Jualan Oleh-oleh Khas Maluku, Ini Pesan Oma Emi Hitipeu
Sempat tiga kali berpindah lapak, Oma Emi kini punya lapak tetap di Jl. Tulukabessy, tepat di belokan Kantor Dinas PUPR Maluku.
Penulis: Maula Pelu | Editor: Fandi Wattimena
Laporan Wartawan TribunAmbon.com, Maula M Pelu
AMBON, TRIBUNAMBON.COM - Ramah, itu kesan pertama saat TribunAmbon.com berjumpa dengan Oma Emi, Sabtu (27/7/2024) siang.
Perempuan pemilik nama lengkap Emi Hitipeu itu adalah penjual kudapan khas Maluku.
Oma Emi ternyata sudah cukup lama mendagangkan aneka kue khas provinsi bertajuk Bumi Raja-Raja ini.
Tahun ini tepat 50 tahun dijalani.
Sempat tiga kali berpindah lapak, Oma Emi kini punya lapak tetap di Jl. Tulukabessy, tepat di belokan Kantor Dinas PUPR Maluku.
Terhitung sejak tahun 2010 Oma Emy dia dan juga sang suami menggantungkan hidup dari hasil jualan beragam kudapan yang dia beli dari Negerinya, Iha Mahu, Pulau Saparua.
Mulai membuka usaha sejak 1970, perempuan tiga anak itu awalnya berjualan di kawasan Pasar Lama, Kecamatan Sirimau.
Kemudian pindah ke Pasar Mardika hampir satu dekade.

Baca juga: Bakso Buatan Mas Wanted, Legend di Taman Kota Tual
Imbas konflik 1999, Oma bersma suami terpaksa memboyong barang dagangan di kawasan Batu Meja.
15 tahun dilewati, karena tingkat penjualan tak seberapa, keduanya bersepakat pindah di Jl. Tulukabessy.
Di tempat terakhir, pendapat jauh lebih baik hingga kemudian sang suami membuka suaha serpa sederat lapaknya.
"Oma mulai berjualan tahun 70 di pasar lama yang sekarang sudah jadi Amplaz," ungkapnya.
"Dari Amplaz, kami pindah ke pasar mardika di tahun 90-an, lalu karena kerusuhan sebagian mardika terbakar lalu kami pindah di Batu Meja dan di pindahkan di area ini sampai sekarang," imbuh Oma Emi.
Baca juga: 45 Tahun Mengayuh Becak, Satria Tau Segala Sudut Kota Masohi
Serupa sang suami, Oma menjual aneka kudapan, diantaranya sagu tumbu, sagu kering, halua kanari, sarut kenari, roti kanari, kacang botol, dodol durian.
"Ada jua tepung sagu, olahan minyak kayu putih dan madu," ujar Oma.
Dari usahanya ini, Oma Emi berhasil menyekolahkan ketiga anaknya hingga lulus perguruan tinggi. Kini, ketiga anaknya telah memiliki pekerjaan di luar kota.
“Puji Tuhan, anak Oma tiga. Semua sudah sarjana dari hasil Oma berjualan ini. Satu kerja di bank di Jakarta, satu kerja di Ambon Kota Madia, satu dulu kerja di Jakarta, tapi sudah pulang lalu buka usaha di Ambon,” sebutnya.
Meskipun telah berusia lanjut dan anak-anaknya sudah bekerja, Oma Emi masih konsisten berjualan.
Kini, ia tidak berjualan seharian penuh seperti sebelumnya karena telah mempekerjakan satu karyawan.
“Oma masih tetap berjualan ini biar ada aktivitas Oma lai to. Juga kan ini dari Oma kampung di Saparua. Oma sekarang seng (tidak) berjual sendiri lai sampai malam. Oma punya orang berjual sudah ada lai to. Hitung-hitung biar bagi-bagi rejeki,” terangnya.
Oma Emi mengakui bahwa pendapatannya saat ini berkurang karena banyaknya toko makanan khas tradisional yang menjual barang serupa. Kini, ia hanya mendapatkan Rp100 hingga Rp200 ribu per hari.
Meskipun begitu, Oma Emi tetap bersyukur dan menganggap pendapatannya sebagai berkat Tuhan.
“Ingatan, Tuhan bilang, mau dapat banyak, katong tidak berkelebihan, sedikit katong seng berkesusahan,” pesannya. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.