Maluku Legend

Es Teler 99 Jadi Legend di Pasar Namlea, Edo: Hanya Bermodal Rp 150 Ribu

Dikonfirmasi TribunAmbon.com, Edo, salah seorang pengelola mengatakan, label 99 tentu tak asal disematkan, angka itu mengkonfirmasi tahun berdirinya e

Penulis: Zainal Ameth | Editor: Fandi Wattimena
TribunAmbon.com/ Zainal Ameth
Es Teller 99 di Pasar Namlea, Kabupaten Buru, Rabu (29/5/2024). 

Laporan Wartawan TribunAmbon.com, Zainal Ameth

NAMLEA, TRIBUNAMBON.COM - Di tengah hiruk-pikuk Pasar Inpres Kota Namlea, ada satu dagangan yang tak pernah sepi pengunjung.

Tak lain adalah Es Teler 99 yang disebut legend oleh para pedagang pasar tradisional terbesar di ibu kota Kabupaten Buru itu.

Dikonfirmasi TribunAmbon.com, Edo, salah seorang pengelola mengatakan, label 99 tentu tak asal disematkan, angka itu mengkonfirmasi tahun berdirinya es teler 99.

Diceritakan, Es Teler 99 menyimpan cerita perjuangan dan kenangan manis dari keluarga Abdul Karim dan Fatma Samak.

"Awalnya, bapak dan mama ingin jual makanan khas Makassar seperti kondro dan coto, tapi setelah beli bahan ini itu dan gerobak, uang kami habis, hanya tersisa Rp150 ribu," kenang anak keempat pasangan Abdul dan Fatma itu, 

Dengan uang hanya tersisa Rp150 ribu, mereka harus memutar otak untuk tetap bisa berjualan.

Akhirnya, pilihan jatuh pada es teler, karena bahan-bahan untuk membuatnya terjangkau dengan sisa uang yang ada.

"Karena tenda dan gerobak sudah jadi, bapak dan mama akhirnya memutuskan untuk jualan es teler saja," tambah Edo.

Tahun 1999 menjadi titik awal perjalanan Es Teler 99.

Baca juga: Nasi Pulut Siram Legend di Tulehu: 25 Tahun Manjakan Lidah Pelanggan

Dengan harga Rp10 ribu per porsi dan tanpa gelas plastik seperti sekarang, pelanggan hanya punya dia pilihan, antara membawa pulang dalam plastik biasa atau menikmati langsung dengan gelas kaca yang klasik.

Namun, siapa sangka nikmat segar es teler 99 mampu menarik balik pembeli, hingga banyak yang jadi pelanggan setia.

Dari hasil penjualan es teler, Sumalti dan Syamsul berhasil menempuh pendidikan di Makassar, Andriati menyelesaikan sarjananya di Namlea, dan Edo sendiri di Unpatti.

Sayangnya, anak bungsu mereka harus mengorbankan pendidikan karena cinta, memilih menikah lebih dulu.

"Alhamdulillah, dari jualan es teler ini, kami bisa sekolahkan anak-anak sampai kuliah," ujar Edo dengan bangga.

Soal kenikmatan es teler, dia memastikan sejak eprtama kali jualan hingga kini rasa tetap dipertahankan.

Baca juga: Sudah Sejak 1990 Jadi Pandai Besi, Abdullah Renwarin: Ini Tradisi

Perubahan mungkin hanya terjadi pada topping.

Selain kelapa, nangka, alpukat, dan kacang hijau, mereka menambahkan nutrijel, sagu mutiara, pepaya, nanas, kacang merah besar, dan nangka Belanda untuk menyesuaikan dengan musim buah yang tak menentu di Maluku.

Namun, tidak semua topping disukai. Nanas dan kacang merah, misalnya, seringkali hanya diminati oleh segelintir orang.

"Kami menyesuaikan topping dengan musim buah, kadang nutrijel, kadang pepaya, tergantung ketersediaan," tambahnya.

Pembeli Es Teler 99 beragam, dari anak-anak hingga orang tua.

Bagi yang lebih tua, es teler ini bukan sekadar minuman, melainkan kenangan.

Banyak dari mereka yang datang untuk bernostalgia, mengingat masa muda mereka ketika sering membeli es teler di sini, bahkan mengajak pacar mereka untuk minum bersama.

"Yang tua-tua sering datang beli es teler sambil cerita kenangan mereka waktu muda," kata Edo sambil tersenyum.

Cerita tentang Es Teler 99 bukan hanya tentang kesuksesan, tapi juga tentang kehangatan keluarga dan semangat pantang menyerah.

Setiap kali Anda menikmati segelas es teler dari gerobak ini, Anda juga mencicipi sedikit dari sejarah dan perjuangan keluarga Abdul Karim dan Fatma Samak. (*)

Sumber: Tribun Ambon
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved