Sosok
Kisah Penjual Nasi Pulut Siram di Tulehu: Tanpa Modal Awal, Pinjam Beras Baru Bisa Jualan
Di Tulehu, tak satu orang pemilik nama panggilan itu, sehingga menjadi kebiasaan warga menyematkan latar belakang pekerjaan untuk mempermudah identifi
Penulis: Mesya Marasabessy | Editor: Fandi Wattimena
Laporan Wartawan TribunAmbon.com, Mesya Marasabessy
AMBON, TRIBUNAMBON.COM - Mama Biba, itu panggilan akrab perempuan kelahiran Tulehu 8 November 1958 itu.
Di Tulehu, tak satu orang pemilik nama panggilan itu, sehingga menjadi kebiasaan warga menyematkan latar belakang pekerjaan untuk mempermudah identifikasi seseorang.
Mama Biba Nasi Pulut Siram, segitu nama panggilan lengkapnya.
Label nasi pulut siram memang menegaskan perihal Mama Biba.
Olahan pangan berbahan beras ketan buatannya begitu tersohor.
Pelanggannya sudah melewati batas kecamatan, bahkan tidak sedikit orang menjadikannya serupa oleh-oleh.
25 tahun berjualan nasi pulut siram dengan porsi dan rasa yang tidak berubah menjadikannya legend soal pangan tradisional itu.
Pulut yang dibaluri srikaya dan air gula merah diatas parutan kelapa selalu meninggalkan jejak di lidah.
“Dulu itu mungkin pembelinya hanya dari warga Tulehu saja, tapi sekarang banyak sekali pembeli dari luar bahkan ada juga yang minta untuk dikirim ke Jakarta,” kata perempuan yang lahir dengan nama Habiba Tehupelasurry itu kepada TribunAmbon.com, Kamis (23/5/2024).

Baca juga: Nasi Pulut Siram Legend di Tulehu: 25 Tahun Manjakan Lidah Pelanggan
Setiap harinya, Mama Biba itu bisa menghabiskan sekitar 15 Kg beras ketan untuk usaha kulinernya ini, atau untuk satu karung beras hanya terjual dalam kurun waktu paling lambat tiga hari saja.
Tehupelasurry bahkan bisa meraup keuntungan Rp1 juta (bisa kurang atau lebih tergantung kondisi) dari hasil jualan kulinernya ini.
Sukses manjakan lidah pelanggan kurang lebih sejak tahun 1999 hingga sekarang, ternyata Mama Biba tak pakai modal awal untuk mengawali bisnis kulinernya.
Ibu empat orang anak ini mengisahkan, motivasinya untuk berjualan karena dihadapkan dengan kenyataan hidup sebagai seorang single parents setelah ditinggalkan sang suami.
Untuk memulai jualan, ia tak punya modal untuk membeli beras ketan.
Akhirnya, wanita paruh baya itu meminjam sekarung beras ketan berisi 70 Kg pada salah satu toko di daerah sekitar dengan perjanjian dilunasi setelah jualannya laris.
Di zaman itu, satu karung beras ketan masih dihargai Rp10 ribu.

Baca juga: Nasi Kelapa Nene Jo’o Jadi Legend di Negeri Hitu
“Dulu jualan tidak pakai modal tapi saya ambil dulu berasnya di toko. Satu karung dulu itu 70Kg Rp10 ribu,” kata Tehupelasurry kepada TribunAmbon.com di kediamannya, Kamis (23/5/2024).
Setelah meminjam sekarung beras ketan, Tehupelasurry kemudian menanak butiran-butiran beras itu untuk diolah sebagai Nasi Pulut Siram dan dijual kepada warga sekitar.
Laris manis terjual, Mama Biba kemudian melunasi pinjaman satu karung beras yang diambil sejak awal, agar kemudian bisa mengambil beras lagi.
“Jadi setelah pinjam beras saya masak jadi Nasi Pulut Siram, kalau sudah laris semua langsung saya bayar beras yang dipinjam ke toko supaya bisa ambil beras lagi untuk jualan berikutnya,” terangnya.
Kini, usaha kuliner yang dijajakan secara sederhana diatas meja kayu berukuran 1,5x0,5 meter tepat di depan rumahnya itu telah berbuah manis.
Berbagai pelanggan dari segala penjuru baik dari Kota Ambon, Pulau Seram, hingga ibu kota negara yakni Jakarta sudah mengetahui kelezatan kuliner Nasi Pulut Siram itu.
Jerih payahnya itu telah membawa kesuksesan tersendiri bagi anak-anaknya.
Dimana, satu diantara empat anaknya berhasil menjadi seorang prajurit TNI.
Sementara satu anak lainnya berhasil meraih gelar sarjana pada salah satu perguruan tinggi.
Tak hanya itu, wanita berusia 66 tahun itu juga bisa menjalankan ibadah umroh lewat hasil jualan Nasi Pulut Siram ini.
“Jadi Alhamdulillah, dengan menekuni bisnis ini anak-anak saya bisa selesai sekolah. Ada yang sudah jadi tentara, sarjana, dan saya umroh juga dari penghasilan jualan nasi pulut ini,” tandas wanita paruh baya itu. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.