Listrik PLN

Sepanjang 2023, PLN Berhasil Bangun 28 Anjungan Listrik Mandiri di Maluku dan Maluku Utara

Puluhan ALMA itu dibangun PT PLN (Persero) Unit Induk Wilayah Maluku dan Maluku Utara (UIW MMU) selama setahun, terhitung periode Januari hingga Desem

Editor: Adjeng Hatalea
Courtesy / PLN UIW MMU
LISTRIK PLN: Anjungan Listrik Mandiri (ALMA) di salah satu pelabuhan di Maluku dan Maluku Utara. 

AMBON, TRIBUNAMBON.COM - Sebanyak 28 Anjungan Listrik Mandiri (ALMA) tersebar pelabuhan dan dermaga di Maluku dan Maluku Utara.

Puluhan ALMA itu dibangun PT PLN (Persero) Unit Induk Wilayah Maluku dan Maluku Utara (UIW MMU) selama setahun, terhitung periode Januari hingga Desember 2023.

General Manager PLN UIW MMU, Awat Tuhuloula menjabarkan, dari total 28 ALMA, Ternate jadi kota dengan pembangunan terbanyak, yakni sebanyak 11 unit.

Kemudian disusul Kota Ambon dengan 8 unit, 4 unit di Masohi, Tual dan Tobelo masing-masing 2 unit, dan sedikitnya 1 unit di Sofifi.

Kata Awat, pembangunan ALMA terbanyak dilakukan di Maluku Utara, sebab moda transportasi laut lebih banyak berlalu-lalang di perairan provinsi berjuluk 'Moloku Kie Raha' itu.

"Dibandingkan dengan Maluku, Malut ini memang lebih banyak transportasi lautnya. Banyak kapal feri dan kapal ikan yang lepas sandar di pelabuhan-pelabuhannya. Jadi, kami fokuskan pembangunannya lebih banyak di sana. Kota Ambon pun demikian. Sebagai pintu masuk ke berbagai daerah di Maluku, perlu kami sediakan ini kepada kapal-kapal agar memudahkan mereka memperoleh energi. Hal ini setidaknya dapat membantu masyarakat dalam hal melalukan efisiensi," terang Awat, Rabu (17/1/2024) dalam keterangan pers yang diterima Wartawan.

NATARU: Arahan General Manager PLN UIW MMU, Awat Tuhuloula kepada seluruh peserta Apel Siaga Natal dan Tahun Baru 2024, Rabu (20/12/2023).
General Manager PLN UIW MMU, Awat Tuhuloula menjabarkan, dari total 28 ALMA, Ternate jadi kota dengan pembangunan terbanyak, yakni sebanyak 11 unit. (Courtesy / PLN UIW MMU)

Adapun total pemakaian kWh di 28 ALMA ini sebesar 178.401,5 yang membuktikan seberapa besar masyarakat antusias dalam menggunakan infrastruktur layanan publik ini.

Menurut data, rincian pemakaian kWh paling rendah sebesar 7.517,4 di daerah Tual dan tertinggi tentu saja di Ternate dengan 52,286.7 kWh.

Awat menyebutkan, ALMA mendukung program ramah lingkungan, dimana emisi karbon yang digunakan melalui listrik, sepertiga dari emisi karbon yang dihasilkan saat menggunakan BBM.

Baca juga: Permudah Pelaku Usaha Kemaritiman, PLN Hadirkan ALMA 23.000 VA di Pelabuhan PT SIM-Kota Tual

Selain itu, pembangunan ALMA ini sejalan dengan Program Electrifying Marine yang merupakan program layanan PLN untuk memudahkan pelanggan dalam mendapatkan layanan listrik kebutuhan penerangan kapal, mini coldstorage, serta kebutuhan tenaga listrik lainnya pada lokasi-lokasi dermaga, pelabuhan, kapal sandar, pangkalan pendaratan ikan (PPI) dan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di seluruh Indonesia, termasuk di Maluku dan Malut.

"Ini bentuk komitmen kami dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di dua provinsi ini, terutama peningkatan produktivitas di sektor perikanan. PLN sebagai jantungnya Indonesia tentunya berperan penting dalam menyediakan listrik secara terjangkau. Tentu hal ini sejalan dengan konsep Indonesia menuju negara maju yang memudahkan masyarakat untuk dapat memanfaatkan teknologi secara masif," sebutnya.

Selain itu, dengan memanfaatkan ALMA, pelaku-pelaku usaha ini lebih menekan biaya operasionalnya.

LISTRIK PLN: Anjungan Listrik Mandiri (ALMA).
LISTRIK PLN: Anjungan Listrik Mandiri (ALMA). (Courtesy / PLN UIW MMU)

Sebab, lebih murah dan dari segi waktu bisa dikatakan lebih efisien.

Awat berharap, dengan adanya pembangunan ALMA di berbagai wilayah kerja PLN UIW MMU ini, masyarakat dipermudahkan dalam hal mengakses energi listrik di wilayah perairan.

Kemudian bisa meningkatkan perputaran roda perekonomian, sehingga menghasilkan multiplier effect (efek berganda) ke berbagai sektor pula.

Secara perhitungan, ALMA dapat memberikan keuntungan bagi penggunanya.

Baca juga: Percepat Rencana Pembangunan PLTS, PLN UP3 Tobelo Rapat Kordinasi dengan Pemkab Halmahera Utara

Sebagai contoh, awak kapal sandar dalam 12 jam bersandar, akan menghabiskan sekitar 96 Liter BBM, sehingga jika dikonversi menjadi Rupiah (Rp), maka akan menghabiskan sekitar Rp 643.000.

Hal ini tentu lebih mahal dari pemanfaatan ALMA.

Apabila ALMA difungsikan, maka dalam 12 jam, pengguna hanya menghabiskan sebanyak 167,64 kWh dimana angka tersebut akan sebanding dengan Rp 303.000 sehingga dipastikan, pengguna akan menghemat sekitar Rp 300.000.

Jika dikalkulasi lebih dari 12 jam maka penghematan akan lebih banyak lagi, dengan demikian ALMA secara fakta dapat menekan biaya operasional pengguna.

"Semoga di awal 2024 hingga tahun-tahun berikutnya, keberadaan ALMA ini bisa memberikan manfaat tak hanya bagi perekonomian masyarakat, melainkan juga kesejahteraan secara menyeluruh di berbagai sektor. Terutama mereka yang berada pada kapal sandar tidak perlu menggunakan genset lagi, tidak perlu membeli bbm lagi, namun langsung saja menggunakan ALMA untuk menerangi kapal dan melakukan aktivitas produktif lainnya," pungkasnya.(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved