Maluku Terkini

Para Pemuda di Leihitu Diajak Nobar Film Sagea

Film dokumenter garapan Walhi Maluku Utara berjudul 'Sagea' jadi tontonan yang disajikan Gempar untuk para pemuda di Kecamatan Leihitu.

Editor: Fandi Wattimena
Sumber; Istimewa
Komunitas Gerakan Mahasiswa Peduli Rakyat mengadakan nonton bareng bertajuk Baronda akhir tahun di Kecamatan Leihitu, Kamis (21/12/2023). 

Laporan Wartawan TribunAmbon.com, Maula Pelu

AMBON, TRIBUNAMBON.COM - Sekelompok mahasiswa Universitas Pattimura (Unpatti) yang tergabung dalam komunitas Gerakan Mahasiswa Peduli Rakyat (GEMPAR) mengadakan nonton bareng (Nobar) bertajuk Baronda akhir tahun.

Film dokumenter garapan Walhi Maluku Utara berjudul 'Sagea' jadi tontonan yang disajikan Gempar untuk para pemuda di Kecamatan Leihitu.

Antara lain, Desa Hitu, Negri Lima, dan Hila.

Sagea sendiri merupakan film dokumenter tentang dampak lingkungan yang menimpa masyarakat adat di Halmahera Tengah, sebagai akibat dari operasi pertambangan nikel yang dilakukan oleh PT. IWIP.

“Untuk di desa Hitu kami telah melaksanakan kegiatan nobar Rabu, 20 Desember kemarin. Di Negri Lima hari ini dan di Desa Hila hari Minggu mendatang,” kata salah satu anggota Gempar, Reval.

Dijelaskan, kegiatan ini diselenggarakan sebagai upaya membangun kesadaran lingkungan tatkala industri pertambangan hadir.

Di Pulau Ambon sendiri disinyalir akan ada aktivitas industrialisasi, tepatnya di wilayah Kecamatan Leihitu dan Leihitu barat sejak 2011.

Baca juga: Firli Bahuri Disebut Pengecut karena Mengundurkan Diri di Tengah Kasusnya Bergulir

“Kami mengetahui adanya Izin Usaha Pertambangan (IUP) yang berada di wilayah kecamatan Leihitu dan Leihitu barat sejak 2011. saat ini, status IUP tersebut sedang dalam tahap eksplorasi. kami tidak tahu apakah konsesi ini akan berlanjut atau tidak. Jika sampai dilanjutkan pada tahap eksploitasi, maka ini menjadi ancaman bagi masyarakat adat di Kecamatan Leihitu dan Leihitu Barat," jelasnya.

“Jika dilihat luas konsesi tersebut sebesar 17.493 hektar yang masuk dalam petuanan-petuanan Adat Negeri-Negeri di Jazirah Leihitu. Sehingga dengan adanya kegiatan yang kami selenggarakan ini, kami juga mengimbau agar masyarkat adat di Jazirah Leihitu dapat mengetahui konsesi yang masuk dalam petuanan adat milik mereka serta meminta keterbukaan lebih lanjut dari pemerintah akan keberadaan IUP tersebut,” lanjutnya.

Lanjutnya, Nobar yang berlanjut dengan diskusi itu disambut baik oleh para pemuda.

Untuk itu, gerakan tersebut tak akan berakhir hanya dengan nobar, kegiatan lain juga bakal digelar untuk memastikan alam tetap terjaga. (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved