Serba serbi Ramadan

Warga Hitu Sensus Penduduk Pakai Ketupat, Tahun Ini 7.800 Jiwa

Di tahun ini, tercatat sebanyak 7.800 ketupat yang dibawa setiap keluarga ke Masjid dalam perayaan Malam 7 Likur Ramadan itu.

Penulis: M Fahroni Slamet | Editor: Fandi Wattimena
TribunAmbon.com/ Fahroni Slamet
Modim (Muadzin) menerima sejumlah ketupat yang dibawakan anak-anak Negeri (Desa) Hitu, kemudian didoakan, Kamis (20/04/2023). 

Laporan Wartawan TribunAmbon.com, Fahroni Slamet 

AMBON, TRIBUNAMBON.COM - Tradisi Bawa Ketupat di Negeri ( Desa ) Hitu, Maluku Tengah jadi cara tradisional penghitungan jumlah penduduk.

Di tahun ini, tercatat sebanyak 7.800 ketupat yang dibawa setiap keluarga ke Masjid dalam perayaan Malam 7 Likur Ramadan itu, Senin (17/4/2023).

Angka itu alami kenaikan dibanding 2022, yakni 7.100 ketupat.

“Tadi ada 7.800 ketupat,” kata salah seorang warga Hitu, Ibnu Saleh Pelu kepada TribunAmbon.com, Selasa (18/4/2023).

Diketahui, tradisi dalam rangkaian perayaan Malam 7 Likur itu cukup sederhana namun efektif.

Yakni; Sore usai Salat Ashar, beduk akan dipukul sebagai pertanda warga waktu antar ketupat ke Masjid Raya Hitu.

Para orang tua atau anak-anak yang ditugasi membawa ketupat yang jumlahnya harus sama dengan hitungan jiwa yang tinggal di rumah mereka.

Baca juga: Rayakan Malam Tujuh Likur, Anak-anak Desa Hitu Pawai Obor Keliling Kampung

Jelas cara ini cukup jitu untuk mengetahui jumah keseluruhan warga yang hidup di Hitu sebelum lebaran nanti.

Anak-anak dengan senang membawa saru atau dua plastik berisi ketupat yang dititpkan orang tua mereka.

Mengenakan pakaian terbaik mereka, tawa manis anak-anak itu sumringah ketika ditunggui oleh para Modim.

Modim pun dengan ramah menerima ketupat yang mereka bawa, kemudian mendoakan serta mencatat jumlah ketupa itu.

Waktu membawa ketupat pun terbatas, mulai daei habis ashar dan sampai magrib nanti.

Jelas durasi pendek itu seketika membuat pelataran Masjid Raya Hitu menjadi ramai oleh anak-anak yang tak ingin ketinggal doa salamat oleh para modim.

Tradisi ini pun harus tetap terjaga kelak nanti.

Abu Kasim Wail selaku penjaga Masjid Raya Hitu mengatakan bahwa tradisi ini harus tetap dijaga kedepannya.

“Semoga terus anak-anak kita terus melestarikan tradisi turun temurun ini,” tandas Wail.(*)

Sumber: Tribun Ambon
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved