Bahasa Daerah Maluku
Hampir Punah, Bahasa Daerah SBT dan Kepulauan Aru Bakal Direvitalisasi di 2023
Setidaknya terdapat dua Bahasa Daerah di Maluku yang menjadi target revitalisasi pada 2023 ini. Yakni, Bahasa Seram dari Kabupaten Seram Bagian Timur
Penulis: Ode Alfin Risanto | Editor: Adjeng Hatalea
Laporan Wartawan TribunAmbon.com, Alfin Risanto
AMBON, TRIBUNAMBON.COM - Setelah berhasil merevitalisasi tiga Bahasa Daerah di Maluku, yakni Kabupaten Maluku Tenggara, Buru dan Kepulauan Tanimbar 2022 lalu, kini Kantor Bahasa Maluku akan melanjutkan program revitalisasi tersebut di 2023.
Setidaknya terdapat dua Bahasa Daerah di Maluku yang menjadi target revitalisasi pada 2023 ini.
Yakni, Bahasa Seram dari Kabupaten Seram Bagian Timur dan Bahasa Tarangan, Kepulauan Aru.
"Tahun ini kami melanjutkan program revitalisasi bahasa daerah Maluku, ada penambahan dua bahasa daerah, yaitu dari Seram Bagian Timur dan Kepulauan Aru," ungkap Kepala Kantor Bahasa Maluku, Sahril dalam rapat Koordinasi Revitalisasi Bahasa di Provinsi Maluku, Senin (13/3/2023).
Lanjut dikatakan, dari dua daerah yang jadi target revitalisasi, ditemukan ada banyak bahasa daerah di sana.
Misalnya di Seram Bagian Timur, terdapat 14 bahasa daerah, sementara hanya 10 ribu dari total penduduk sekitar 140 jiwa yang masih menuturkan bahasa daerah terebut.
Sementara diakuinya, Kepulauan Aru merupakan daerah paling rentan punah.
Ada 11 bahada daerah di Kepulauan Aru, dan penuturnya sangat terbatas.
"Kalau kondisi ini, bahasnya tidak direvitalisasi, lama kelamaan akan punah juga,"terangnya.
Sahril menyampaikan bahwa program revitalisasi Bahasa Seram dan Bahasa Tarangan akan menyasar pelajar tingkat Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Seram Bagian Timur dan Kepulauan Aru.
Baca juga: Anak-anak Maluku Tampil Memukau di Festival Tunas Bahasa Ibu Tingkat Nasional 2023
"Kami ajarkan berbagai cara agar bahasa ini bisa diterima dan dicerna dengan mudah oleh anak-anak di tingkat SD dan SMP," tuturnya.
Sebab, kata dia, penutur bahasa daerah semakin berkurang dan penggunaannya dalam komunikasi sehari-hari kian menurun.
"Kebanyakan bahasa daerah di pakai saat acara ritual adat saja dan sehari hari banyak yang gunakan Bahasa Melayu Maluku," pungkasnya.
Oleh karena itu, upaya revitalisasi mesti dijalankan agar bahasa-bahasa daerah yang ada di wilayah Provinsi Maluku tidak sampai punah.
"Kita juga ingin peran pemerintah di sini untuk itu kita perlu kerjasamanya agar pelestarian bahasa ini tetap ada," tutupnya.(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.