Sampah di Ambon
Pemkot Ambon dan Pemprov Maluku Dinilai Tak Serius Tangani Sampah, Banyak Buktinya!
Pemerintah Kota Ambon dan Pemerintah Provinsi Maluku dinilai tidak ada upaya serius dalam mengurangi luberan sampah plastik ke laut.
TRIBUNAMBON.COM - Pemerintah Kota Ambon dan Pemerintah Provinsi Maluku dinilai tidak ada upaya serius dalam mengurangi luberan sampah plastik ke laut.
Sebab, Tim Ekspedisi Sungai Nusantara ( ESN ) menemukan banyak muara sungai yang masih dipenuhi sampah.
Dari hasil penelusuran ESN, ceceran sampah plastik hingga limbah medis ditemukan di hampir semua sungai di Ambon.
ESN menilai banyaknya sampah yang tercecer di sungai Ambon tersebut disebabkan oleh buruknya pengelolaan sampah oleh Pemerintah Kota Ambon dan Pemerintah Provinsi Maluku.
"Ditemukannya limbah medis menunjukkan bahwa sistem pengelolaan dan pengawasan sampah medis di kota Ambon sangat buruk," kata peneliti senior ESN, Amiruddin Muttaqin dalam keterangan yang diterima TribunAmbon.com, Jumat (18/11/2022).
Dalam penelusuran brand audit sampah yang dilakukan Kamis (17/11/2022), ESN menemukan sampah infus di pantai wilayah Tawiri.
Padahal menurut ESN, sampah infus merupakan kategori limbah medis yang penanganannya harusnya sangat ketat dan tidak boleh di buang sembarangan.
Lebih lanjut, Amiruddin menjelaskan bahaya dari sampah medis yang dibuang sembarangan tersbeut.
"Limbah medis yang dibuang sembarangan berpotensi untuk mencemari dan berisiko terjadinya penularan penyakit dari penggunanya" terang Amiruddin Muttaqin.
Terkait hal tersebut, Amiruddin berharap Pemerintah Kota Ambon lebih serius dalam melakukan pengelolaan sampah agar tak mencemari sungai dan teluk Ambon.
Senada dengan Amiruddin, relawan ekspedisi sungai Kota Ambon, Ario Tri Yudha mengatakan, hampir semua pesisir Teluk Ambon penuh dnegan sampah plastik kemasan dan botol plastik.
Ario menambahkan, dari sejumlah plastik kemasan dan botol plastik tersebut, pihaknya menemukan sejumlah merek dari perusahaan besar seperti Unilever, Wings, Indofood, Danone, dan Kao.
"Dari hasil brand audit, Unilever berada di peringkat pertama hasil audit kami, disusul produk Wings, Indofood dan Danone yang memproduksi Aqua," kata Ario dalam keterangan yang diterima TribunAmbon.com, Jumat (18/11/2022).
Relawan ESN Ambon pun mendorong agar pihak industri perusahaan tersebut turut bertanggung jawab terhadap sampah dari produk mereka.
Ario menambahkan, bentuk tanggung jawab tersebut dapat ditunjukkan dengan membantu Pemkot Ambon menyediakan tempat sampah dan edukasi ke masyarakat untuk tak membuang sampah sembarangan.
"Ditemukannya limbah medis mengkhawatirkan bagi masyarakat dan ikan ikan di Teluk Ambon," pungkas Ario.
ESN Nilai Pemerintah Tak Serius Tangani Sampah di Laut
Penelusuran sampah di wilayah sungai tak hanya dilakukan ESN di Ambon, tetapi juga berbagai wilayah di Indomesia.
"Temuan sepanjang kegiatan penyusuran sungai-sungai di Indonesia menunjukkan tumpukan sampah tak terkontrol dari sungai menuju ke Laut, di metro Lampung, pantai Bengkulu, muara Batang Arau di Padang, Muara Barito, Muara Mahakam, perairan di Ternate, Pesisir Sorong dan di Ambon, tidak ada strategi dan aksi riil Pemerintah dalam kendalikan sampah plastik," ungkap Amiruddin.
Alumni studi pengelolaan lingkungan Wageningen University the Netherlands itu menilai target pengurangan 70 persen pengurangan sampah ke laut hanya retorika saja.
Padahal dalam PP 22/2021 disebutkan bahwa sungai-sungai di Indonesia harus nihil sampah.
Faktanya, sungai-sungai nasional yang menjadi kewenangan pemerintahan Pusat PUPR dan KLHK masih dibanjiri sampah plastik.
Manajer hukum dan HAM Ecoton Kholid Basyaidan pun merasa pesimis terhadap pemerintah dalam penanganan sampah ini.
"Pemerintah pusat tidak mampu jalankan amanat menjaga sungai-sungai nihil dari sampah.
Sulit rasanya berharap pada pemkab/pemkot jika pemerintah pusat tidak memberikan contoh, implementasi regulasi butuh keteladanan," ungkap Kholid Basyaidan.
Ia pun merasa geram dengan perilaku pemerintah yang seolah membiarkan sungai tercemar sampah plastik.
(*)