Bentrok di Maluku Tenggara
Kapolda Maluku Minta Masyarakat Stop Bentrok; Kasihan Generasi Mendatang
Kapolda Maluku Irjen Pol Lotharia Latif sangat menyayangkan terkait bentrokan yang kembali pecah di Maluku Tenggara.
Penulis: Ode Alfin Risanto | Editor: Salama Picalouhata
Laporan Wartawan TribunAmbon.com, Alfin Risanto
AMBON, TRIBUNAMBON.COM - Kapolda Maluku Irjen Pol Lotharia Latif sangat menyayangkan terkait bentrokan yang kembali pecah di Maluku Tenggara.
Pasalnya pada bentrok 6 Oktober 2022 lalu, kedua pihak sudah sepakat berdamai dan saling menjaga kamtibmas.
Tapi nyatanya kesepakatan itu juga diingkari lagi.
"Semacam begini yang patut kita sesalkan karena lain diomongan lain dikenyataan," kata Kapolda, Minggu (13/11/2022).
Irjen Latif mengaku kedua pihak telah mencederai ikrar perjanjian damai pasca konflik yang terjadi 6 Oktober 2022 lalu.
"Kasihan anak-anak dan generasi mendatang yang terus akhirnya terbawa pada situasi seperti ini," ungkap Kapolda menyesalkan.
Baca juga: Situasi di Maluku Tenggara Mulai Aman, Warga Diminta Tenang
Lanjut dikatakan bahwa bentrok yang tak kunjung usai, selain menimbulkan korban jiwa dan material, juga akan berdampak buruk bagi generasi muda mendatang.
"Generasi muda di kedua desa mereka akan terus hidup dihantui dengan saling permusuhan,"pungkasnya.
Meski begitu Kapolda terus menghimbau masyarakat agar jangan ada lagi konflik dan pertikaian yang akan menyebabkan korban baik jiwa, luka maupun materi.
"Daerah lain sudah maju membangun untuk kesejahteraan, sementara kita di sini masih sibuk berkelahi antar sesama," ujarnya.
Maluku, kata Kapolda, merupakan daerah yang kuat dan akan maju sejahtera apabila masyarakatnya tetap bersatu, menjunjung tinggi budaya pela gandong.
"Maluku ini hebat dan kuat kalau masyarakatnya bersatu, wujudkan pela gandong untuk menjaga kehidupan antar sesama, saling menghormati dan mengasihi," katanya.
Irjen Latif meminta masyarakat Maluku, terlebih khusus warga Bombay dan Elat, agar dapat menyelesaikan setiap persoalan menggunakan pikiran jernih, hati yang dingin, dan tidak menggunakan kekerasan.
"Selesaikan setiap persoalan dengan cara-cara damai tanpa perlu kekerasan yang hanya membawa stigma buruk bagi Maluku," ajaknya.(*)