Ambon Hari Ini
Rumah Amblas Imbas PT Matriecs Cipta Anugrah Ingkar Janji, Noya Akui Mengungsi Saat Turun Hujan
Akibat kelalaian PT Matriecs Cipta Anugrah tanah rumahnya amblas dan longsor.
Penulis: Tanita Pattiasina | Editor: Salama Picalouhata
Laporan Wartawan TribunAmbon.com, Tanita Pattiasina
AMBON, TRIBUNAMBON.COM – Warga Kusu-kusu, Kecamatan Nusaniwe, Ambon, Stelly Bath Noya akui khawatir tinggal dirumahnya sendiri lantaran PT Matriecs Cipta Anugrah (MCA) tak kunjung membangun talud yang layak.
Noya mengatakan akibat kelalaian PT Matriecs Cipta Anugrah tanah rumahnya amblas dan longsor.
Saat musim hujan pun, Noya dan ibunya yang berumur 75 tahun harus mengungsi lantaran rumahnya rawan longsor dan ambruk.
“Kemarin yang musim hujan itu kami mengungsi di rumah saudara di sebelah. Takut kan, coba liat ini kondisi tanah semua rawan,” kata Noya saat menunjukan kondisi rumah dan tanahnya yang amblas, Jumat (14/10/2022).
Dirinya mengaku telah mengingatkan PT Matriecs Cipta Anugrah tuk membangun talud sejak awal pembangunan rumah murah bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) di tahun 2018.
Baca juga: Rumah Warga di Kusu-kusu Ambon Amblas Akibat PT Matriecs Cipta Anugrah Lalai Tak Bangun Talud
Pasalnya, pada awal pembangunan, PT MCA memotong badan lereng gunung yang berbatasan langsung dengan tanah miliknya itu tegak lurus tanpa kemiringan.
Padahal sesuai dengan perarturan daerah Kota Ambon nomor 24 tahun 2012 tentang rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Ambon tahun 2011-2031, tertuang salah satu syaratnya yakni bila topografi lokasi kegiatan dengan kemiringan lereng 15 – 30 derajat maka perlu dibuat bangunan pelengkap untuk menjaga kestabilan lereng.
Hal itupun telah tertuang dalam surat Wali Kota Ambon terkait rekomendasi ijin lokasi pemanfaatan tanah bagi Pembangunan Perumahan MBR ‘Bukit Hijau Urimessing’ yang ditujukan langsung ke Pimpinan MCA.
Namun Perusahaan milik Marla Beatriecs Kailola atau Maya ini hanya membuat talud yang tingginya semeter, tak sesuai dengan ketentuan.
“Pengembang ini buka lahan tahun 2018, kita tanah panjang 50 meter. Jadi waktu buka lahan, pemotongan badan gunung (memotong badan lereng gunung) tegak lurus tanpa kemiringan dan langsung berbatasan dengan tanahnya kami. Semua orang juga tahu kalau demikian ya hujan pasti longsor, kami yang punya tanah sempat bilang ke Pengembang jangan lupa bangun talud,” tambah Noya.
Lanjutnya, bukan sekali ia mengingatkan maya, tiap tahun musim penghujan 2019 dan puncaknya pada musim hujan di Juli 2022, rumahnya alami kerusakan parah.
Longsor terjadi menyebabkan tanah dekat dibagian fondasi rumahnya terpatah.
Tanahnya yang awalnya rata menjadi menurun seperti lereng bukit. Saat longsor parah terjadi, hanya ada orang tuanya yang berumur 75 tahun dirumah.
Noya pun yang awalnya bekerja di Jakarta harus kembali ke Ambon mengurus rumah yang ia bangun di tahun 2004 itu.