Kekerasan Perempuan

KDRT Mendominasi Kasus Kekerasan Perempuan Ambon Sejak 2017, Apa Penyebabnya?

Kasus KDRT menempati urutan pertama dalam kasus kekerasan perempuan di Ambon.

SHUTTERSTOCK
Ilustrasi kekerasan perempuan. 

AMBON, TRIBUNAMBON.COM - Kasus kekerasan dalam rumah tangga ( KDRT ) mendominasi kasus kekerasan perempuan di AMbon.

Dari data yang dihimpun TribunAmbon.com dari Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P2TP2A), kasus KDRT menempati urutan pertama dalam kasus kekerasan perempuan di Ambon.

Menurut Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak, Masyarakat dan Desa (DP3AMD) Kota Ambon, Meggy Lekatompessy, kasus KDRT meningkat sejak 2017.

Menurutnya, hal itu terlihat dari banyaknya laporan atau limpahan kasus dari pemerintah daerah melalui P2TP2A.

"Jadi dari semua kasus kekerasan terhadap perempuan, sebagian besar itu karena KDRT," ujarnya.

Diurutan kedua, ada kasus pemerkosaan, penganiayaan, hingga pencemaran nama baik.

Dia menjabarkan pada tahun 2017 terdapat 13 kasus, jumlah itu naik pada tahun 2018 menjadi 34 kasus.

Kemudian, pada tahun 2019 kasus kekerasan itu naik menjadi 40 kasus dan pada tahun 2020 naik lagi menjadi 55 kasus.

Selanjutnya, pada tahun 2021 kasus kekerasan terhadap perempuan naik menjadi 59 kasus.

Baca juga: Kasus Kekerasan Perempuan dan Anak di Ambon Meningkat, Paling Banyak Terjadi Dalam Rumah Tangga

“Sedangkan pada tahun 2022 sampai tercatat dari Januar-Mei itu ada 21 kasus kekerasan perempuan yang ditangani,” katanya.

Adapun untuk kasus kekerasan terhadap anak, pada tahun 2017 sebanyak 21 kasus, kemudian naik di tahun 2018 menjadi 28 kasus dan pada tahun 2020 menjadi 60 kasus.

Kemudian, pada tahun 2021 kasus kekerasan anak kembali naik menjadi 90 kasus. “Dan, untuk tahun 2022 di periode yang sama itu sudah ada 38 kasus yang ditangani,” katanya.

Dari data kasus kekerasan terhadap anak itu, paling banyak didominasi oleh kekerasan seksual.

“Dari data tersebut kekerasan seksual persetubuhan anak menempati urutan pertama, kemudian percabulan, kekerasan, kasus ITE, sampai bully atau perudungan,”jelasnya.

Dijelaskan, faktor penyebab meningkatnya kasus tersebut perlu kajian khusus, namun kebanyakan ditengarai faktor ekonomi.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved