Ambon Terkini

Suka Duka Ian, Penjual Es Kelapa Muda Asal Makassar di Ambon, Pernah Buang Kelapa karena Basi

Datang ke Ambon pada 2020 lalu, Ian mencoba mencari keuntungan dengan berjualan Es Kelapa Muda dan Es Teler di kawasan Pelabuhan Ferry Galala.

Penulis: Jenderal Louis MR | Editor: Adjeng Hatalea
TribunAmbon.com / Dedy
AMBON: Gerobak milik Ian, tengah menjajakan dagangan Es Kelapa Muda dan Es Teler di kawasan Pelabuhan Ferry Galala. 

Laporan Wartawan TribunAmbon.com, Dedy Azis

AMBON, TRIBUNAMBON.COM - Ambon merupakan salah satu kota yang menjadi pusat perekonomian di Indonesia timur.

Terlebih lagi saat The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) menetapkan Kota Ambon sebagai City of Music pada 2019 lalu.

Daratan Ambon juga dikelilingi garis pantai yang tentunya dapat menarik wisatawan lokal untuk berlibur ke kota bertajuk 'Manise' ini.

Tak hanya wisatawan, Ambon juga menjadi salah satu kota yang menampung banyak pendatang dari luar daerah, entah untuk urusan studi atau urusan perekonomian. 

Hal itu dibuktikan dengan banyaknya perantau yang datang untuk mencari sesuap nasi di Kota Ambon.

Salah satunya ialah Ian, pemuda asal Makassar, Sulawesi Selatan yang mengadu nasib di kota ini.

Baca juga: Pantai Pal Lima Jadi Destinasi Favorit di Pulau Buru, Dari Tempat Nongkrong hingga Nikmati Rujak

Datang ke Ambon pada 2020 lalu, Ian mencoba mencari keuntungan dengan berjualan Es Kelapa Muda dan Es Teler di kawasan Pelabuhan Ferry Galala.

Bermodal telad kuat, Ian tak ragu saat memutuskan untuk mengadu nasib di bagian dari Bumi Raja-raja.

Setiap harinya, Ian mendorong gerobak dari tempat tinggalnya yang berada tak jauh dari lokasinya berjualan.

Tepat pukul 09.00 WIT, Ian membuka gerobak dorong dan tendanya untuk mulai menjajakan Es Kelapa dan Es Teler di atas papan yang disusun sedemikian rupa untuk menjadi pijakan.

Harga pun relatif terjangkau yakni sebesar Rp 10 ribu untuk satu gelas es kelapa muda, begitu pula dengan es teler.

Tak ada yang spesial dari lapaknya berjualan, hanya ada beberapa kursi plastik dan sebuah meja yang terbuat dari kayu untuk pembeli menikmati es buatannya.

Baca juga: Pantai Perahu Poka, Cocok Jadi Destinasi Alam Low Budget di Kota Ambon

Meskipun dagangan tersebut bukan miliknya sendiri, namun Ian tetap mensyukuri apa yang menjadi ladang rupiahnya itu.

Menurut pengalamannya, berjualan es, memiliki kesulitannya tersendiri.

Laris atau tidaknya dagangan yang dijajakan setiap hari, tergantung cuaca di Kota Ambon.

Jika saat siang hari matahari tampak terik, Ian tak khawatir dengan dagangannya tersebut.

Pasalnya, semakin terik matahari, semakin laris manis pula es kelapa dan es teler jualannya.

Bahkan, ia bisa menjual hingga 100 gelas per harinya.

Namun, pemasukannya itu harus disetor kepada pemilik usaha tersebut.

"Kalau panas itu laku keras, banyak yang beli," kata dia saat diwawancarai TribunAmbon.com, Kamis (2/6/2022) sore.

Namun, apabila mendung hingga hujan melanda, maka di situlah ia merasa was-was akan dagangannya jika tak laku.

"Tapi kalau mendung, apalagi hujan begitu, saya sudah was-was, karena jarang ada orang yang mau beli es kalo cuaca juga dingin," ujarnya.p

Ia bahkan pernah harus tutup lebih awal, karena cuaca tak memungkinkan untuk tetap berjualan.

"Biasanya buka dari jam 09.00 WIT sampai 18.00 WIT, tapi kadang harus tutup jam 15.00 WIT, kalau sudah hujan deras disertai angin kencang," jelasnya.

Akibatnya, tak jarang ia harus membuang air dan buah kelapa yang dikumpulkannya dalam satu wadah berukuran besar.

Hal itu dilakukan karena air dan daging buah kelapa yang sudah lama dibiarkan di ruangan terbuka, lebih cepat beresiko basi dan tak dapat dijual lagi.

Ian merupakan pemuda yang dapat dijadikan contoh untuk milenial masa kini agar dapat menghidupi diri mereka sendiri dan dapat membantu perekonomian keluarga.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved